Apa yang sobat pikirkan saat mendengar kata kemoterapi?
Botak.
Jika ini yang terlintas di dalam benak sobat, saya pun begitu. Kita tentu tahu, kebotakan merupakan salah satu efek samping yang paling ditakuti, terutama oleh perempuan. Wanita mana yang ingin kehilangan mahkota kebanggaannya, coba?
Saya sendiri merupakan seorang pejuang kanker dan harus melalui proses kemoterapi yang panjang. Sebelum kemoterapi dimulai, saya sempat berpikir, bagaimana jika saya harus botak, dalam artian kepala licin tanpa sehelai rambut pun?
Meskipun orang-orang di sekitar pasti menyemangati bahwa semua akan baik-baik saja, rambut akan tumbuh lagi, tetap saja di dalam diri kita tentu akan ada keengganan untuk mengalami semua itu. Di saat teman-teman yang lain sibuk mengubah gaya hingga warna rambut, kita justru tak dapat berbuat apa-apa.
Membotakkan Rambut Sebelum Kemoterapi
Perlu sobat ketahui, banyak pasien kanker yang memilih mencukur habis rambut sebelum kemoterapi dimulai. Dari segi medis, mencukur rambut sebelum kemoterapi lebih menguntungkan daripada mencukur di tengah-tengah sesi kemoterapi. Pasalnya, saat sudah menjalani kemoterapi, sistem imun pasien kanker melemah. Saat mencukur rambut, ditakutkan terjadi perlukaan pada bagian kulit kepala secara tidak sengaja. Kuman dapat masuk lebih mudah.
Sementara itu, dari segi mental, membabat habis rambut dapat membuat hati seseorang lebih lega (karena tidak perlu melihat rambut yang terus berguguran). Dari segi kebersihan, mereka pun tak perlu dipusingkan oleh lantai rumah yang penuh dengan rambut bertebaran. Jika kurang percaya diri, mereka juga dapat mempersiapkan rambut palsu atau topi lebih awal.
Jenis Kebotakan Rambut
Sobat perlu tahu bahwa botak itu tidak hanya satu jenis. Kebotakan, disebut juga alopecia, merupakan kondisi saat rambut rontok lebih banyak dari rambut yang tumbuh. Dalam kondisi normal, rambut di tubuh bisa rontok hingga 100 helai per hari. Jika rambut yang rontok lebih banyak dari jumlah tersebut, maka kondisinya sudah dapat disebut alopecia.
Tiga jenis alopecia antara lain alopecia areata (rambut rontok pada bagian tertentu, seperti sula), alopecia totalis (rambut botak plontos di kulit kepala), dan alopecia universalis (rambut rontok tidak hanya di bagian kepala tetapi juga alis mata, bulu mata, hingga area lainnya). Ada pasien kanker yang ‘hanya’ rontok di rambut. Ada pula yang rontok di semua area tubuh.
Kemoterapi Tanpa Botak
“Kau botak, kah?”
Itu yang teman saya tanyakan saat ia tahu saya menjalani kemoterapi. Saya hanya tertawa. Sejauh ini, setelah menjalani kemoterapi 14 kali, nyatanya saya belum pernah 100% botak plontos. Hingga saat artikel ini ditulis, sebentar lagi saya akan menghadapi kemoterapi dosis tinggi. Mungkinkah akan botak sebentar lagi?
Rambut asli saya termasuk cukup tebal. Di bawah ini foto kondisi rambut saya sebelum kemoterapi. Foto ini diambil pada 13 Februari 2019, tepat sehari sebelum kaki saya mulai membengkak parah.
Saya pertama kali menjalani kemoterapi pada 10 Mei 2019. Foto ini diambil pada 23 Mei 2019, hanya dua minggu setelah kemoterapi pertama. Saat itu saya masih tertawa riang. Efek kemoterapi belum terasa. Aslinya, rambut saya memang tergolong mudah rontok. Jadinya, saat sehelai-dua helai rambut rontok, saya adem-ayem. Saya ingat jelas, rambut saya belum rontok parah.
Dengar-dengar, efek rambut rontok akan mulai terasa 2-3 minggu setelah kemoterapi pertama. Ternyata itu juga terjadi pada saya. Sejak kemoterapi kedua, rambut saya terasa mulai rontok parah. Usai kemoterapi ketiga, saya memutuskan untuk menggunting rambut (bukan mencukur habis, ya). Foto ini diambil pada 16 Juni 2019, tepat pada hari ulang tahun saya.
Saya memutuskan untuk tetap menjaga rambut saya. Lebih baik satu per satu rambut saya rontok daripada saya mencukurnya sekaligus. Itu artinya saya bertahan dan menerima kondisi saya. Saya tidak menyerah menghadapi kerontokan rambut. Lalu, bukankah lebih seru saat tahu seberapa banyak rambut kita rontok?
Foto 18 Juli 2019, saat kemoterapi kelima. Kondisi rambut masih tebal meski banyak yang rontok.
Setelah itu, hari-hari berlalu. Saya yang memang jarang selfie ini semakin malas berfoto. Hingga pada akhirnya, 26 Oktober 2019, saya kembali memotret jumlah rambut. Bila diperhatikan dengan jeli, ternyata rambut saya mulai tumbuh lagi, meski hanya pendek-pendek dan tampak samar.
Bulan November, rambut saya yang lebih panjang sudah semakin tipis. Rasanya hanya sehelai-dua helai. Walaupun begitu, rambut saya yang pendek tumbuh jauh lebih banyak. Foto yang diambil pada 9 November 2019 ini menunjukkan bahwa rambut saya hidup kembali.
Setelah malas dengan rambut yang sisa seiprit, saya memutuskan mengguntingnya. Dengan mudahnya, Papa pun mengambil gunting besar dan mulai beraksi. Lumayan, hemat biaya salon dan tentunya mulai semakin hemat sampo. Usai digunting, rambut saya jadi seperti model rambut pria. Saya terbelalak menatap cermin. Ternyata, saya ganteng juga.
Mau tahu seberapa banyak rambut rontok dalam sehari? Foto ini hanya menunjukkan sedikit dari satu hari yang saya lewati. Rontoknya berkali-kali lipat dalam ini.
Jika ditanya apa yang saya lakukan supaya rambut tidak botak plontos 100%, saya tidak tahu. Cukup hidup saja seperti biasa. Kalau bisa, jangan langsung cukur habis rambutmu supaya kamu tahu seberapa kuat rambut kesayanganmu itu. Saya senang karena rambut saya cukup lama bertahan.
Saya tidak punya kekhawatiran tentang rambut. Bukannya menangis karena kehilangan banyak rambut, saya malah banyak tertawa. Meskipun berguguran, saya tahu mereka akan tumbuh lagi. Rambut hanyalah sebuah penampilan. Kalau botak, tinggal pakai topi. Kalau mau punya rambut, tinggal pasang wig. Lebih bagus lagi, percaya diri saja dengan apa yang kita miliki.
0 Comments
Trackbacks/Pingbacks