BAHAGIA BERSAMA AIRASIA, PERJALANAN TAK SIA-SIA
AWAL MULA SEMUA PERISTIWA
Hidup saya beberapa bulan ini terasa seperti roaller coaster. Gejala seperti sering demam, nyeri di tubuh, bahkan tumbuh benjolan aneh di beberapa bagian tubuh sudah pernah saya alami. Meski sudah mencoba berobat berkali-kali, tetapi nyatanya kondisi saya tak kunjung sehat seratus persen. Gejala yang timbul lalu hilang mendadak membuat kami berpikir saya sudah sehat kembali. Namun, pada Februari 2019, mendadak kondisi saya bertambah parah. Padahal, kala itu saya tengah mewakili universitas untuk mengikuti perlombaan di Jakarta.
Perlombaan tersebut berlangsung selama lima hari. Dari hari pertama, saya sudah merasa tidak enak badan. Saya masih ingat betul, kami diminta mempelajari sebuah tarian untuk dipersembahkan di malam final. Sembari mencoba mengikuti gerakan luwes sang instruktur (yang ketika saya coba malah terlihat seperti gerakan robot), saya merasa tak kuat. Pusing, letih, bercampur mengantuk, karena waktu sudah hampir tengah malam.
Begitu pula dengan hari ketiga, di mana kami langsung berlatih tari kembali setelah perlombaan selesai. Tubuh saya sudah letih menunggu giliran. Bayangkan, saya datang di pagi hari dan mendapat giliran presentasi sekitar jam enam sore. Dari yang awalnya merasa tegang, ujung-ujung jadi tidak sabar ingin tampil. Setelah presentasi selesai, tubuh mulai tak bisa diajak kompromi. Terasa panas-dingin, gejala akan demam. Saya buru-buru meminum obat supaya merasa lebih baik.
Puncaknya, pada hari kelima, saya merasa ada yang tidak beres dengan tubuh saya. Dari pagi hari, sekujur kaki kiri saya terasa sakit. Saya mencoba bertahan agar tak merepotkan penyelenggara, apalagi formasi tarian pembuka sudah kami atur sedemikian rupa. Alhasil, saat giliran kami naik ke atas panggung, saya benar-benar sudah bergerak asal-asalan. Hingga saat ini, saya tak pernah melihat video penampilan kami dan saya pun terlalu malu untuk melihatnya. Sudah berdiri paling depan, gerakan kacau-balau, lagi. Aduh, malunya!
Pengumuman berlangsung, dan saya ternyata masuk ke dalam tiga besar pada perlombaan tersebut. Rasa senang bercampur sakit, walau tak begitu saya tunjukkan. Hingga malam harinya saat berada di hotel, saya baru berani melihat kondisi kaki saya yang mengejutkan.
Kaki saya bengkak seperti balon, dari pangkal paha hingga ke ujung jari kaki!
Besoknya, saya pulang kembali ke kota asal. Membawa hadiah kemenangan, sekaligus membawa ‘hadiah’ kaki bengkak. Orang tua saya kaget bukan kepalang. Saya juga bingung dan takut.
Sudah bisa dipastikan, hari-hari selanjutnya, saya tak dapat bergerak leluasa. Beberapa bulan mencoba pengobatan ala kadarnya hingga diberi obat herbal dan obat-obatan dari dokter, kami menyerah. Ayah saya memutuskan untuk membawa saya berobat ke Malaysia, negeri tetangga yang sudah terkenal dengan pengobatan yang berkualitas.
Sekilas Tentang Kuching, Destinasi Wisata Medis
Wisata medis merupakan perjalanan ke luar negeri guna melakukan perawatan kesehatan. Kuching yang menjadi ibu kota Sarawak, Malaysia ini terletak di bagian barat laut pulau Kalimantan. Salah satu alasan saya memilih Kuching sebagai tempat berobat adalah karena lokasinya yang dekat dengan Pontianak.
Sekadar informasi, sungguh disayangkan, hingga saat ini pengobatan kanker belum dapat dilakukan di Pontianak. Untuk melakukan kemoterapi, setidaknya saya harus pergi ke pulau Jawa. Bahkan, berdasarkan data Media Indonesia, hanya terdapat 15 rumah sakit di Indonesia yang dapat menangani kanker.
Untuk itulah saya memilih berobat ke Kuching. Selain dekat dan mudah ditempuh (bisa melalui jalur darat maupun udara), ongkosnya lebih murah. Serius. Harga hotel dan tiket pesawat ke Kuching lebih murah dibandingkan ke Indonesia sendiri. Belum lagi, pengobatan di Kuching sudah terbukti kualitasnya. Selama kemoterapi, saya berjumpa dengan pasien yang mayoritas warga Indonesia.
Singkat cerita, setelah melakukan berbagai pemeriksaan mulai dari tes darah, CT scan, hingga biopsi, dokter memvonis saya terkena kanker. Antara stadium tiga atau empat, tetapi butuh pemeriksaan lanjutan untuk mengetahuinya—yang tentunya butuh biaya tambahan. Kami menolak, karena mau stadium apa pun, metode pengobatannya sama. Saya harus dikemoterapi 16 kali dengan selang waktu 2 minggu sekali.
Saat itu yang ada di benak saya hanya uang, uang, dan uang. Berapa banyak biaya yang harus kami keluarkan mulai dari biaya kemoterapi, akomodasi, hingga transportasi? Biaya pengobatan sudah tentu tak dapat ditekan. Sementara itu, untuk akomodasi dan transportasi, kami memilih yang termurah.
TIKET PESAWAT MURAH KE LUAR NEGERI, MEMANGNYA ADA?
Saat pergi pertama kali untuk cek kesehatan, kami menggunakan maskapai yang berbiaya cukup mahal. Setelah berbincang dengan pasien-pasien lain yang rata-rata datang dari Indonesia, saya menarik satu kesimpulan: mayoritas mengatakan bahwa mereka mendapat tiket pesawat berbanderol cukup murah, yakni dari AirAsia.
Maka dari itu, ketika akan pergi untuk kedua kalinya ke Kuching, tempat saya berobat, saya sudah memutuskan untuk menggunakan AirAsia. Harga PP (Pulang Pergi) Pontianak-Kuching untuk 2 orang dewasa hanya dibanderol satu jutaan saja. Padahal, waktu saya menggunakan maskapai lain, biayanya pasti di atas 2 juta rupiah. Pantas saja AirAsia dinobatkan sebagai World’s Best Low-Cost Airline dari Skyrax selama 11 tahun terakhir.
Ujung-ujungnya, saya jadi langganan menggunakan maskapai berslogan Now Everyone Can Fly ini. Terhitung, sudah belasan kali saya pulang-pergi dan tetap setia pada maskapai ini. Kenapa akhirnya saya beralih ke AirAsia? Tentu tak hanya dari segi harga yang terjangkau, tetapi juga kualitasnya yang sangat baik.
Orang bilang, ada harga ada rupa. Namun ternyata, harga murah pun punya rupa. Terbang pun jadi bahagia bersama AirAsia. Apalagi, AirAsia dikenal sebagai maskapai yang banyak memberikan promo murah-meriah untuk terbang ke luar negeri. Kini ingin bepergian ke tempat yang jauh bukan lagi sekadar impian.
PEMESANAN TIKET YANG MUDAH DAN BANYAK FITUR
Awalnya, saya mengira membeli tiket AirAsia harus di loket penjualan langsung atau pergi ke agen perjalanan. Soalnya, di salah satu aplikasi penjualan tiket pesawat, maskapai AirAsia tak tercantum di dalamnya. Usut punya usut, untuk membeli tiketnya, kita tinggal memesan melalui website maupun aplikasi. Ini dia langkah-langkah memesan tiket melalui aplikasi.
1. Memilih Paket Tambahan
Langkah selanjutnya adalah memilih paket yang diinginkan. Jika ingin mendapat fasilitas tambahan, pesanlah Paket Hemat atau Premium Flex. Premium Flex cocok untuk perjalanan jarak jauh karena fasilitasnya yang sangat lengkap.
2. Menambah Bagasi
Sebenarnya, kita bisa membawa satu bagasi kabin dengan berukuran maksimal 56 cm x 36 cm x 23 cm. Selain itu, tas laptop atau tas tangan kecil juga bisa ikut masuk ke dalam kabin asalkan tidak lebih dari 40 cm x 30 cm x 10 cm. Total semua barang bawaan kita adalah 7 kg. Baik memilih paket tambahan maupun tidak, kita masih bisa menambah bagasi. Andaikan kita ingin membawa peralatan olahraga tertentu, kita harus meletakkan di bagasi dan memilih menu “Peralatan Olahraga”.
3. Memilih Kursi
Usai memilih bagasi, kini saatnya menentukan kursi yang diinginkan. Nomor kursi di AirAsia ini seakan memiliki tingkatan status. Semakin depan, harga kursi semakin mahal. Ada hot seats (kursi di deretan depan), kursi standar di bagian tengah, maupun kursi standar mulai dari tengah hingga ke paling belakang.
Jika tidak memesan kursi, berarti saya akan dapat kursi paling belakang, dong?
Nyatanya tidak selalu seperti itu. Berdasarkan pengalaman belasan kali naik AirAsia tanpa memesan kursi, biasanya saya mendapat kursi nomor 20-an. Jika beruntung, saya bahkan mendapatkan kursi cukup depan, seperti nomor 8 atau 10.
Jika tidak memesan kursi, apa saya bisa duduk di samping keluarga/teman yang pergi bersama saya?
Belum tentu. Karena kita tidak memesan kursi tambahan, pengacakan akan dilakukan. Biasanya saya duduk bersampingan dengan ibu saya, tetapi kadang saya mendapat kursi persis di belakang ibu saya. Ada juga kasus beberapa orang yang terpisah jauh (satunya sangat depan, satunya paling belakang).
4. Memesan Makanan
Untuk perjalanan jarak jauh, terkadang mengganjal perut dengan sebuah roti saja tidak cukup. Belum kenyang rasanya kalau belum makan nasi. Sementara itu, tak mungkin juga kita malah makan bekal di pesawat (atau mungkin bisa, tetapi belum pernah saya praktikkan).
Pilihan paling mudah adalah memesan makanan di pesawat. AirAsia juga menyediakan fitur ini. Pepatah mengatakan, sedia payung sebelum hujan. Pesanlah makanan sebelum lapar. Lebih baik, kita gercep alias gerak cepat dengan memesan makanan ketika melakukan pemesanan tiket. Sebab, jika memesan langsung saat sedang terbang, ada kemungkinan makanan telah habis dipesan penumpang lain. Tak ingin makanan impian kita keduluan orang lain, bukan?
Dilabeli nama Santan, paket makanan AirAsia ini menjual berbagai hidangan ASEAN, internasional, bahkan untuk kaum vegetarian juga ada. Menu Santan berbeda-beda tergantung dari jenis penerbangan. Semua menu yang dipesan sudah disertai minuman gratis, jadi tak ada lagi istilah kehausan.
5. Menambahkan Asuransi
Andaikan kita tak ingin memilih kursi dan lain sebagainya, kita bisa menambah asuransi secara terpisah. Selain asuransi, kita diberi bonus 1 GB roaming internasional.
Asuransi AirAsia memberikan proteksi terhadap kejadian tak terduga seperti perubahan jadwal pesawat, kecelakaan, kehilangan/kerusakan benda, hingga pelayanan medis. Hanya dengan biaya yang tak terlalu mahal, klaim maksimal dari asuransi ini senilai Rp750.000.000.
Saya sendiri pernah mengalami perubahan jadwal penerbangan, baik saat Pontianak ke Kuching maupun sebaliknya. Pemberitahuan tersebut saya dapat melalui SMS. Sebagai kompensasi, saat terjadi delay, kami mendapat makanan dan minuman gratis.
Foto yang saya ambil pada tanggal 15 September 2019, saat pesawat AirAsia harus delay akibat kabut asap berkepanjangan di Pontianak. Untunglah pada hari itu kami bisa terbang meski sore telah menjelang.
Isi Data Penumpang
Sebelum melakukan pembayaran, kita dihadapkan pada halaman data penumpang. Isilah nama depan, nama belakang, tanggal lahir, hingga jenis kelamin. Kita juga bisa menambah kursi roda atau keterangan membawa bayi dan mengisi identitas bayi tersebut.
Saat pertama kali naik AirAsia, saat itu kondisi kaki saya masih bengkak. Saya pun menyewa kursi roda AirAsia. Pengalaman saya, menggunakan kursi roda dari AirAsia sangat nyaman dan aman. Petugas dengan sigap mendorong kita dari loket check-in hingga masuk ke dalam pesawat. Penumpang dengan kursi roda juga mendapat prioritas, yakni masuk paling awal dan keluar paling akhir. Tujuannya yaitu memudahkan penumpang dalam pergerakan sehingga tidak mengganggu maupun terganggu oleh penumpang lain.
Melakukan Pembayaran
Ada beberapa metode pembayaran seperti kartu kredit/debit (semua kartu), perbankan internet (BCA, CIMB, BRI, Danamon, Bank Muamalat, Doku Wallet, dan Bank Permata), pembayaran lain (melalui Indomaret, Alfamart, ATM Bersama), BigPay, UnionPay, maupun cicilan (Mandiri dan BNI). Sesuaikan saja dengan apa yang ada.
Biasanya, saya melakukan pembayaran melalui Indomaret. Caranya sangat mudah. Cukup kunjungi Indomaret terdekat. Masukkan kode booking dan nomor telepon kita ke mesin layar sentuh yang tersedia, lalu akan ada barcode yang keluar. Serahkan barcode kepada kasir, lalu bayar seperti biasa. Jangan lupa simpan struk bukti pembayaran tiket pesawat untuk berjaga-jaga.
AirAsia dalam Menghadapi Konsumen Plin-Plan Seperti Saya
Tanggal 22 November 2019, saya seharusnya melakukan kemoterapi. Namun, beberapa hari sebelumnya, hasil pemeriksaan darah menunjukkan leukosit saya terlalu rendah. Suster pun menghubungi saya, mengatakan kemoterapi akan ditunda ke tanggal 29.
Saya jadi bingung. Masalahnya, saya sudah membeli tiket pesawat AirAsia tanggal 21 (sehari sebelum kemoterapi dilakukan). Saya memutuskan untuk melakukan reschedule ke tanggal 28, tetapi belum membayar biaya tambahan.
Beberapa jam setelahnya, saya malah diberi tahu suster bahwa saya boleh berangkat tanggal 21. Saya pikir, kalau begitu, saya coba saja untuk berangkat. Toh saya sudah bayar tiket tanggal 21.
Alangkah terkejutnya saya mengingat saya sudah request reschedule, sehingga tiket tanggal 21 saya seakan ‘tertimpa’ oleh pesanan baru.
Jadi, tiket saya hangus, dong?
Saya segera menghubungi live chat AirAsia. Saya benar-benar khawatir karena saat itu sudah tanggal 19. Saya sampai dua kali menghubungi AirAsia. Chat dijawab oleh dua orang berbeda. Untungnya, pada chat kedua, saya dihubungkan dengan orang Indonesia. Customer service tersebut langsung meminta detail pemesanan saya.
Happy ending. Tiket saya dikembalikan ke jadwal sebelumnya. Benar-benar bahagia bersama AirAsia, perjalanan tak sia-sia.
Check-In Mudah di AirAsia
Saya segera check-in penerbangan melalui aplikasi. Menu check-in tersedia 14 hari sebelum keberangkatan. Kita cukup buka aplikasi, cari menu Check-In, lalu memasukkan data seperti nama, tanggal lahir, hingga nomor paspor.
Print Boarding Pass Sendiri
Tepat tanggal 21, saya berangkat. Masih dengan harap-harap cemas apakah bisa kemoterapi. Seandainya tidak bisa, saya justru sudah berkomitmen untuk jalan-jalan, haha …
Setibanya di bandara, saya langsung menuju mesin pencetak boarding pass. Di mesin ini, kita juga bisa melakukan check-in dan mencetak tag untuk bagasi. Cukup masukkan kode booking, lalu tempelkan paspor ke mesin pada proses scanning. Boarding pass pun langsung keluar. Ini sangat memudahkan kita sehingga tak perlu antri sampai mengular. Hemat waktu, hemat tenaga.
Sebelum menuju loket imigrasi, kita harus melalui pemeriksaan oleh petugas AirAsia. Di sinilah paspor dicek dan dilakukan penimbangan bagasi. Setelahnya, barulah kita memberikan paspor kepada petugas imigrasi untuk dicap.
Penerbangan Nyaman di Langit
Jika sudah diminta boarding dan naik pesawat, maka masuklah dengan tenang. Tak perlu terburu-buru. Cek dahulu tiket kita ada di zona berapa. Biasanya, AirAsia membagi kloter masuk penumpang yakni hot seats yang masuk duluan, disusul zona 1, zona 2, dan zona 3. Duduklah sesuai nomor kursi.
Tetap Terkoneksi Meskipun Berada Ribuan Kaki dari Daratan
Jangan khawatir harus mati bosan saat berada di dalam pesawat. Asalkan perangkat kita berada dalam airplane mode, kita bisa menggunakannya (jika tanda sabuk pengaman aktif, maka jangan gunakan perangkat kita).
AirAsia juga menyediakan WiFi, loh. Cukup sambungkan telepon ke WiFi AirAsia-ROKKI, kita bisa mengakses internet. Akses ini dibagi atas 2 paket, yaitu Paket Chat (3 MB; Rp30.000) dan Paket Internet (10 MB; Rp60.000).
Tiba-Tiba, Kami Sudah Tiba!
Perjalanan saya hanya sekitar setengah jam. Rasanya baru duduk, tiba-tiba sudah mendarat. Sebelumnya, kita juga diingatkan kembali untuk mengencangkan sabuk pengaman, menaikkan sandaran kursi, menutup meja, serta menaikkan peningkap jendela. Berhasil landing dengan mulus, kami pun keluar dari pesawat. Asyiknya lagi, AirAsia menyediakan garbarata untuk pesawatnya, jadi kita tidak perlu turun dari pesawat melalui tangga.
Cukup memotret paspor bersama tiket AirAsia, lalu mengunggahnya ke salah satu akun sosial media. Kalimatnya sederhana, menyatakan saya siap untuk kemoterapi siklus 3.1.
Sungguh menyenangkan terbang bersama AirAsia. Maskapai asal Malaysia yang berdiri sejak tahun 1993 ini memang menjadi favorit dari berbagai kalangan. Bagi yang punya dana terbatas, harga tiket AirAsia tergolong murah dibandingkan kompetitornya. Bagi kalangan yang punya dana berlebih juga bisa menikmati perjalanan nyaman dengan upgrade layanan di dalam pesawat.
Tulisan ini hanyalah sebuah karya.
Sebuah upaya,
untuk menunjukkan jika aku percaya.
Bahwa naik pesawat ialah hak setiap manusia.
Mengubah yang fobia menjadi penuh euforia.
Tanpa perlu mengenal usia,
mulai dari yang belia,
hingga yang telah lanjut usia.
Tanpa menilai wanita ataupun pria.
Kita pun tak akan terkendala biaya,
sebab harga murah membuat kita tak perlu berfoya-foya.
Terbang dari Indonesia hingga ke Malaysia
bisa terwujud bersama AirAsia,
maskapai yang akan selalu berjaya.
Yang selalu setia,
demi membuat kita bahagia.
Dengan moto yang mulia,
“Now Everyone Can Fly”
BEBERAPA JEJAK TERAKHIRKU
Curhat Kemoterapi Ketujuh
Capek. Itulah yang aku rasakan sebelum melakukan kemoterapi ke-7. Kondisiku lemah banget, cuma bisa baring aja di kasur. Jalan sedikit aja udah ngos-ngosan, demam berhari-hari tanpa henti, tak punya nafsu makan, dan kalau makan pun hanya bisa sedikit karena ukuran perut yang membesar. Aku juga batuk-batuk. Ketika batuk, aku bahkan bisa sampai muntah.
[Resensi Lengkap] Ringkasan Buku “Masih Belajar” – Iman Usman
Artikel ini berisikan tentang ringkasan lengkap dari buku “Masih Belajar: Menggapai Hidup Bermakna di Usia Muda” yang ditulis oleh Iman Usman. Resensi buku ini dibuat dengan tujuan memberikan informasi kepada teman-teman. Aku berharap, dengan adanya resensi ini, sobat bisa memutuskan untuk membeli buku ini secara legal dan membacanya, menambah ilmu dan pengetahuan baru.
Transaksi Produk dan Layanan Kesehatan Aman dan Nyaman di SehatQ, Sehat Itu Milikku dan Milikmu!
Agar bisa transaksi produk kesehatan dengan aman, aku percayakan jawabannya ke SehatQ. Bagi teman-teman yang belum tahu, SehatQ merupakan salah satu penyedia layanan kesehatan digital terbaik di Indonesia. SehatQ ini memiliki website yang bisa diakses di www.sehatq.com dan juga berbentuk aplikasi bisa juga diunduh melalui Play Store atau App Store.
Trackbacks/Pingbacks