-As long as you’re still breathing, what’s the matter?-

Menu

Home

Contact

My Journey

Achievements

Berawal dari Kanker, Berujung Jadi Blogger

Dec 5, 2021 | Blog Competition, Daily Life

Kabar Baik dan Kabar Buruk

Gawat!
Semua jadi kacau, padahal aku sudah berusaha kuat.
Namun, ternyata, aku memang perlu dirawat.

Semuanya bermula saat aku divonis menderita kanker limfoma. Aku mengalami gejala berupa tumbuh benjolan, sering demam tinggi, hingga nyeri di bagian tubuh tertentu. Meskipun ada beberapa gejala yang mengganggu, aku masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Maka dari itu, aku tidak menyia-nyiakan kesempatan dan tetap aktif menimba ilmu di bangku perkuliahan.

Pada bulan Februari 2019, aku berkesempatan mewakili universitas dalam sebuah perlombaan tingkat nasional. Mulanya, semua berjalan lancar. Aku bisa mengikuti perlombaan dengan sangat baik, bahkan masih menikmati serunya jalan-jalan bersama peserta lomba lainnya. Ketika pengumuman lomba dilangsungkan, aku senang bukan main. Pasalnya, aku berhasil menjadi salah satu peserta terbaik dan mendapat hadiah berupa liburan ke Jepang. Asyik!

Akan tetapi, di tengah-tengah kebahagiaanku yang baru berlangsung beberapa jam itu, malang malah datang menimpa. Kondisi kesehatanku tiba-tiba menjadi parah. Kaki kiriku mendadak bengkak. Ukuran kakiku membesar hingga dua kali lipat. Selama perjalanan dari ibu kota kembali ke kampung halaman, aku hanya bisa berjalan terseok-seok. Aku pulang membawa kabar baik dan kabar buruk: pulang membawa gelar juara, sekaligus ‘membawa’ kaki dengan kondisi parah. Hangus sudah hadiah liburan ke negeri sakura. Aku justru bergelut dengan penyakit di rumah sakit.

Drop Out Demi Berobat

Sebelumnya, aku hanya mengandalkan pengobatan herbal untuk mengobati kankerku. Ketika kaki bengkak pun, aku masih saja disuruh menggunakan obat herbal. Sayangnya, kondisi fisikku semakin hari semakin melemah. Wajahku semakin pucat. Napas pun semakin berat. Aku sekarat.

Penantian yang panjang berakhir sudah. Akhirnya, pada bulan Mei 2019, aku mulai menjalani pengobatan medis berupa kemoterapi. Obat kemoterapi yang diinfus ke pembuluh darah tersebut merusak sel kanker sekaligus sel sehat di tubuhku. Banyak sel darah putih dan sel darah merahku yang rusak. Tingkat sel darah putih yang rendah membuatku rentan terinfeksi virus. Sementara itu, sel darah merah yang rendah membuatku mudah pusing dan lelah. Oleh karena itu, tak memungkinkan bagiku untuk tetap aktif kuliah. Aku terpaksa drop out dari universitas.

Sempat Kalut dan Gabut, Aku Berusaha Bangkit

Semenjak berhenti kuliah, aku merasa kacau. Maklum, aku sukses menjadi pengangguran. Pada awalnya, aku sering kalut dan insecure. Teman-temanku yang lain sedang aktif kuliah, memperkaya diri dengan berbagai kegiatan yang sarat ilmu. Mereka sudah jauh melanglang buana, sementara aku hanya sibuk berbaring dan bergelut dengan sakit.

Perlahan, aku pun tersadar. Setiap orang memiliki pace hidup yang berbeda-beda. Aku tidak boleh berlarut dalam kesedihan dan hanya meratapi nasibku yang sakit ini. Selain itu, aku juga menyadari bahwa aku tak boleh terus-menerus melakukan kegiatan yang tak membawa nilai positif dalam hidup. Aku pun berusaha untuk menjadi lebih produktif.

Perjalanan Blogging-ku yang Berliku-Liku

Sakit kanker membawaku kembali kepada hobi masa kecilku yang terlupakan: menulis. Sedari dulu, aku memang sudah mencintai dunia kepenulisan. Masa kecil kuhabiskan dengan menyewa buku di taman bacaan. Entah sudah berapa banyak buku yang kulahap. Tak puas hanya menjadi seorang pembaca pasif, aku pun mencoba untuk mulai menulis.

Minatku dalam menulis yang cukup tinggi membuatku tak puas hanya menuangkan kata-kata di atas kertas. Aku ingin sesuatu yang lebih. Beruntung, ketika duduk di bangku kelas lima sekolah dasar, ayahku memberikanku ponsel yang sudah dilengkapi dengan internet. Berkenalan dengan internet, aku jadi tahu bahwa ada beragam artikel informatif yang bertebaran. Jumlahnya di internet sendiri sudah tak terhitung lagi. Seketika, aku tertarik untuk membuat artikel. Aku pun coba-coba dan membuat blog gratisan di beberapa penyedia layanan blog gratis seperti WordPress, BlogSpot, dan MyWapBlog.

Saat itu, blog yang kubuat isinya masih sangat random. Aku membuat berbagai cerita singkat, tips dan trik, bahkan hanya sekadar posting lirik lagu artis. Dari ketiga blog tersebut, aku lumayan aktif di MyWapBlog. Perjuanganku membuat satu artikel saja sudah cukup sulit. Pasalnya, saat itu aku masih belum memiliki laptop. Aku hanya bisa mengetik menggunakan ponsel. Mengetik hanya dengan dua jempol membuat jariku sering keriting alias mudah lelah. Meskipun begitu, rasa capeknya terbayarkan saat ada pengunjung yang hadir.

Aku sempat aktif blogging di MyWapBlog selama sekitar setahun lebih. Ketika naik ke bangku SMP, aku mulai menelantarkan blog di MyWapBlog. Bertahun-tahun setelahnya, aku sangat terkejut karena blogku lenyap tak berbekas. Ternyata, MyWapBlog sudah menutup layanannya. Berbekal pengalaman ini, aku belajar bahwa backup data blog merupakan hal yang sangat penting. Soalnya, ternyata, sebelum layanannya benar-benar ditutup, MyWapBlog menyarankan user untuk bermigrasi ke WordPress atau BlogSpot. Berhubung aku sangat ketinggalan berita, aku tidak sempat melakukan migrasi. Blog pertamaku tersebut pun hanya sisa kenangan.

Kisahku bersama blog tidak berhenti sampai di sana. Ketika duduk di bangku SMP, aku membuat blog gratisan yang menggunakan layanan WordPress. Kali ini, blog tersebut kuisi dengan kisah fiksi murni buatanku sendiri. Aku membuat fan fiction dengan artis Korea sebagai tokohnya. Maklum, zaman SMP merupakan masa di mana aku sedang alay-alaynya.

Tidak hanya itu, aku bahkan sempat membuka layanan request fan fiction. Ada beberapa yang berhasil kubuat dan kuselesaikan. Sering kali, ceritaku mendapat pujian sekaligus cercaan dari pembaca. Pengalaman ini membuatku sadar bahwa di setiap tulisan yang kita buat, pasti ada saja yang memberikan kritik positif dan negatif. Kritik yang negatif kujadikan pacuan agar menulis dengan lebih baik lagi.

Kalau sekarang aku berpikir ulang, fan fiction yang kubuat pada masa SMP ini semuanya sangat menggelikan. Tulisannya penuh typo, alur tidak jelas, dan ceritanya super cringe. Membaca ulang tulisanku membuatku merinding namun sekaligus tersenyum, mengenang ke-alay-an di masa lalu.

Sayangnya, komitmen dalam menulis fiksi berlangsung tak terlalu lama. Semenjak naik ke bangku SMA, aku diwarnai dengan kesibukan sekolah ala anak SMA. Pergi pagi, pulang sore, belum lagi ada banyak tugas kelompok yang harus dikerjakan. Jadilah aku tak sempat meluangkan waktu untuk mengelola blog. Menulis pun perlahan terlupakan.

Sakit Bukan Berarti Tak Bisa Berkarya

Berawal dari kanker, aku berujung jadi blogger. Semenjak drop out dan fokus berobat, aku mencoba kembali aktif menulis. Kali ini, aku ingin berkomitmen menjadi blogger yang lebih profesional. Berbekal domain berbuntut .com beserta hosting dengan biaya yang terjangkau, kisah blogging-ku pun kembali dimulai.

Ada beberapa alasan yang membuatku kembali aktif menulis. Pertama, aku ingin menambah kesibukan dengan aktivitas yang positif. Kedua, aku juga ingin membagikan kisahku dalam menghadapi kanker kepada banyak orang. Ketiga, aku ingin meninggalkan jejak dalam hidup. Jika harimau mati meninggalkan belang, maka manusia mati meninggalkan nama. Aku ingin punya karya yang bisa dinikmati orang-orang sampai kapan pun.

Menulis di saat sakit kanker punya tantangan tersendiri. Terkadang, kondisiku cukup sehat. Aku bisa duduk berjam-jam di depan laptop, menuangkan ide yang berkecamuk di kepala ke dalam bentuk tulisan. Akan tetapi, terkadang aku demam tinggi dan merasa lemas. Jangankan untuk menulis, untuk sekadar pergi ke toilet saja rasanya berat. Tantangan inilah yang membuatku hingga saat ini masih kesulitan untuk menulis secara rutin. Aku tidak bisa seperti blogger lain yang rutin menelurkan artikel baru. Namun, aku tidak menyerah. Aku mencoba mencari solusi supaya blogku tetap hidup.

Saat ini, aku masih berjuang melawan kanker. Momen di mana tubuhku sehat adalah momen yang sangat berharga bagiku. Pada masa tersebut, aku bisa produktif menulis. Namun, hingga saat ini, aku juga tidak bisa menulis terlalu lama. Duduk berjam-jam di depan laptop membuat kaki kiriku (yang dulu pernah bengkak) jadi terasa sakit. Meski fisik sakit, semangatku untuk menulis tetap membara.

Sejak aktif di website VIVIYUNIKA.COM ini, aku sering mengikuti lomba menulis artikel blog. Dengan mengikuti lomba blog, aku bisa menambah pengetahuan di berbagai bidang. Soalnya, masing-masing penyelenggara lomba punya tema yang berbeda-beda. Untuk menghasilkan tulisan yang bagus, aku harus melakukan riset topik terlebih dahulu. Dengan banyak membaca, aku pun bisa membuat tulisan yang lebih berbobot. Selain itu, dengan mengikuti lomba, aku belajar untuk memperlancar kemampuan menulis.

Terhitung sudah puluhan kali aku memenangkan perlombaan menulis. Sesungguhnya, dari puluhan kali menang, aku juga sering kalah. Ketika kalah, tentu saja aku kecewa, tetapi aku sadar bahwa kesedihan tak boleh berlarut. Aku menjadikan kekalahan sebagai motivasi untuk menulis dengan lebih baik. Aku sering ‘mengintip’ tulisan pemenang lomba, berusaha mencari tahu seperti apa tulisan yang baik dan menarik bagi juri. Aku juga membaca ulang tulisanku, mencoba memikirkan poin mana yang bisa dibenahi.

Makna Blogging Bagiku

Apa makna blogging bagiku? Aku ingin menekankan kepada teman-teman bahwa sakit bukanlah halangan untuk berkarya. Justru, semenjak sakit, aku menyadari bahwa aku tidak mau menyia-nyiakan hidupku. Aku ingin hidupku jadi lebih bermakna. Melalui blogging, aku jadi dikenal banyak orang dengan kisah kankerku. Melalui blogging pulalah, aku mendapatkan banyak ilmu dan pelajaran berharga. Terakhir, melalui blogging, aku bisa membantu perekonomian orang tuaku. Maklum, untuk membiayai kankerku, aku butuh biaya yang sangat besar. Orang tuaku hanya membuka toko kecil-kecilan di pasar tradisional. Jadi, hadiah lomba yang kudapat selalu kutabung untuk dana berobat.

SuperApp, Solusi untuk Pedagang Kulakan

Berbicara soal orang tua yang berjualan di pasar, aku jadi tahu tentang seluk-beluk berjualan sembako. Hitung-hitung menambah ilmu, siapa tahu suatu hari nanti aku meneruskan usaha orang tua, haha (walau sebenarnya cita-citaku itu jadi penulis, tetapi siapa yang tahu masa depan akan seperti apa?). Oh ya, orang tuaku menjual beragam produk sembako seperti kopi, gula pasir, minyak, serta merica. Penjualan masih dilakukan secara tradisional dengan mengambil produk dari agen, kemudian dijual kembali secara ecer. Metode ini memang menjadi metode yang paling sering digunakan bagi para pegadang. Namun, tahukah teman-teman, bahwa sebenarnya kini terdapat cara yang lebih modern untuk berjualan?

Jadi, aku searching-searching dan bertemu dengan aplikasi SuperApp. Bagi yang belum tahu, aplikasi ini merupakan aplikasi jaringan sembako yang bisa menyalurkan bahan-bahan pokok ke konsumen. Dengan adanya aplikasi ini, belanja jadi jauh lebih murah dan mudah. Kita tidak lagi perlu repot-repot mengunjungi agen satu per satu. Cukup gunakan SuperApp, kita bisa mendapatkan produk dengan harga grosir yang akan diantarkan ke lokasi kita.

Aplikasi SuperApp sendiri punya tampilan yang clean dan simpel. Aplikasi ini cocok digunakan bahkan untuk orang yang gaptek alias gagap teknologi sekalipun. Jadi, tak perlu khawatir sebab SuperApp punya beragam fitur yang dapat diakses dengan mudah.

Keren banget, sih, aplikasi ini. Sayangnya saat ini belum tersedia di Kota Pontianak. Hingga saat ini, SuperApp fokus mengembangkan layanannya di wilayah Jawa Timur. Aku berharap SuperApp bisa segera berekspansi ke Kalimantan Barat dan wilayah lainnya sehingga bisa menjangkau pegadang lebih luas lagi.

Meski Harus Tertatih, Perjalananku Belum Berhenti

Hingga saat ini, aku masih berjuang untuk melawan kanker. Aku masih mengumpulkan dana berobat. Selain membuka penggalangan dana, aku juga rutin mengikuti lomba blog. Selain itu, andaikan SuperApp sudah ada di Pontianak, tentu aku ingin menerapkan penggunaan SuperApp pada toko milik orang tuaku untuk memudahkan mereka dalam berjualan.

Berawal dari kanker, aku kini fokus menjadi blogger. Saat ini, blog yang kukelola memang masih jauh dari kata sempurna. Namun, aku akan terus berusaha berbenah dan menjadi lebih baik. Pesanku kepada teman-teman di seluruh Indonesia yang membaca tulisanku ini: jangan pernah menyerah pada keadaan! Sesulit apa pun kondisi kita, tetaplah berjuang dan bersemangat. Aku yakin, walau harus tertatih, perjalanan belum berhenti. Aku juga yakin, apa pun problem yang sedang teman-teman hadapi, kalian pasti juga bisa melewatinya dengan baik. Semangat!

About Me

Seorang pecinta kata dan nada. Telah berkecimpung di dunia kepenulisan selama 10 tahun. Seluruh isi blog ini merupakan buah pikirannya.

What Are You Looking For?

Yuk Bantu Aku Sembuh dari Kanker!

Donasi HANYA via rekening:
BNI a.n. Vivi Yunika 0637-207-898
BCA a.n. Vinny Marviani 4971-489-141
Dan melalui link kitabisa.com/bantuvivisembuh Donasi Kanker

Category

Day by Day

Member of:

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published.