Kisah Kankerku
Saya tak menyangka di usia yang ke-17 kala itu, saya mendapatkan surprise tak terduga: kanker. Di usia tersebut, terjadi penolakan pada diri sendiri. Begitu pula dengan orang tua saya yang kurang yakin. Masa’, sih, saya terkena kanker? Meskipun ciri-ciri seperti sering jatuh sakit, timbul benjolan di tubuh, serta muncul rasa nyeri sudah ada, akan tetapi saya hanya diobati menggunakan obat pereda nyeri serta herbal.
Meskipun sudah didiagnosis menderita kanker sejak tahun 2017, barulah pada 2019 silam saya mendapatkan pengobatan berupa kemoterapi disertai transplantasi sumsum tulang. Sembuh? Ya, di awal tahun 2020 saya dinyatakan bersih dari kanker. Akan tetapi, pada akhir tahun 2020, kanker kembali menyerang. Saya tidak menyerah. Kanker bukan akhir dunia. Saat ini, karena dana sudah tidak mencukupi, saya berobat seadanya.
Sebagai seorang cancer survivor, saya ingin meningkatkan awareness atau kesadaran teman-teman mengenai kanker. Oh iya, saya sendiri menderita limfoma. Kalau teman-teman tanya limfoma itu apa, limfoma merupakan kanker yang menyerang limfosit tubuh. Kanker ini sebenarnya agak jarang, dengan jumlah kasus di Indonesia ‘hanya’ 150 ribu per tahun. Masih ada banyak jenis kanker lain yang jumlah pasiennya melebihi tipe kanker ini.
Kasus Kanker di Indonesia
Berdasarkan data dari WHO tahun 2020, jenis kanker yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia berturut-turut antara lain kanker payudara, kanker serviks, kanker paru-paru, kanker hati, dan kanker nasofaring. Ternyata, kasus kanker payudara menjadi kasus kanker terbanyak di tahun 2020 dengan jumlah kasus baru sebesar 65.858 kasus, atau bisa dikatakan sebanyak 16,6% dari total 396.914 kasus kanker di Indonesia pada tahun 2020.
Berbicara tentang kanker payudara, di bulan Oktober ini, tepatnya pada tanggal 26 Oktober, kita akan merayakan Hari Kanker Payudara Sedunia atau World Breast Cancer Day. Kanker payudara sendiri merupakan salah satu jenis kanker paling umum ditemui tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Apakah teman-teman sudah tahu seluk-beluk kanker payudara? Guna menambah ilmu dan mencegah diri sedari dini dari kanker payudara, mari kita kupas tuntas semua hal tentang kanker payudara.
Apa Itu Kanker Payudara?
Untuk mengetahui apa itu kanker payudara, pertama-tama kita harus ketahui terlebih dahulu apa itu kanker. Kanker sendiri merupakan penyakit di mana terjadi pertumbuhan sel-sel abnormal yang tidak terkendali. Di dalam tubuh kita, terdapat triliunan sel, unit penyusun makhluk hidup terkecil. Masing-masing jenis sel punya masa hidup yang berbeda-beda. Sel yang mati akan digantikan dengan sel yang baru. Ketika sel terus-menerus membelah, padahal belum waktunya, maka lama-kelamaan tubuh akan kelebihan sel. Sel-sel tersebutlah yang membentuk benjolan kanker.
Dilansir dari Adi Husada Cancer Center (AHCC), kanker payudara merupakan penyakit di mana sel-sel ganas (kanker) terdeteksi di dalam jaringan payudara. Biasanya, kanker ini muncul pada pembuluh (duktus) atau kelenjar penghasil ASI (lobulus) di payudara.
Siapa Saja yang Berpotensi Terkena Kanker Payudara?
Meskipun kanker payudara umumnya menyerang wanita, tidak menutup kemungkinan juga pria pun bisa terkena kanker payudara. Risiko pria terkena kanker payudara hanya sebesar 1% dan umumnya terjadi di usia lanjut (60 hingga 70 tahun). Sementara itu, ini dia ciri-ciri wanita yang lebih berisiko mengalami kanker payudara.
Faktor Keturunan
Jika ada keluarga kandung yang pernah mengalami kanker payudara, maka risiko seseorang terkena kanker payudara pun bertambah besar. Wanita dengan ibu atau nenek yang menderita kanker payudara akan berisiko 2-3 kali lebih tinggi mengalami kanker payudara juga. Sementara itu, sekitar 5-10% kasus kanker payudara terjadi akibat faktor genetik.
Pernah Terkena Kanker
Jika sebelumnya seorang wanita sudah pernah terkena kanker, seperti kanker ovarium, kanker endometrium, ataupun kanker usus, maka wanita tersebut memiliki risiko terkena kanker payudara yang lebih tinggi.
Faktor Usia
Semakin tua usia seseorang, maka semakin rentan juga orang tersebut untuk terkena kanker payudara. Berdasarkan data dari WHO, risiko terkena kanker payudara meningkat saat wanita telah berusia lebih dari 50 tahun bahkan mencapai 78%. Meskipun begitu, pada beberapa tahun belakangan ini, banyak wanita yang berusia 30-an yang terkena kanker payudara.
Faktor Usia Ketika Hamil dan Melahirkan
Hamil saat berada di usia terlalu muda atau terlalu tua ternyata dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Kehamilan saat wanita masih berusia di bawah 16 tahun dapat mengganggu keseimbangan hormon dan memicu kanker payudara. Sementara itu, jika wanita hamil dan melahirkan di atas usia 35 tahun, kondisi hormonnya sudah mulai berubah dan daya tahan tubuh tidak sebaik saat masih usia 20-an. Hal itu juga memicu kanker payudara.
Menjalani Gaya Hidup Tidak Sehat
Kita ketahui sendiri, gaya hidup sehat adalah hal yang wajib dilakukan untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Jika tubuh terbiasa mengonsumsi makanan yang tidak sehat, jarang berolahraga, mengonsumsi alkohol dan merokok, serta sering mengalami stres, maka peluang terkena kanker payudara pun menjadi lebih tinggi.
Mengalami Obesitas
Obesitas atau kelebihan bobot tubuh yang berlebihan adalah sumber dari berbagai penyakit, tak terkecuali kanker payudara. Berat badan yang berlebih membuat kadar estrogen pada wanita meningkat. Dengan kadar estrogen yang tinggi, sel kanker di payudara dapat tumbuh. Selain itu, wanita dengan obesitas juga umumnya punya kadar insulin tinggi sehingga risiko kanker payudara bertambah. Penelitian dari jurnal BMJ Open menunjukkan bahwa wanita obesitas mengalami peningkatan risiko kanker payudara sebesar 33%.
Sering Terpapar oleh Radiasi
Jika seorang wanita terkena paparan radiasi seperti CT Scan yang memanfaatkan sinar X pada usia anak-anak atau remaja, maka wanita tersebut memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker payudara. Hal ini dikarenakan paparan radiasi tingkat tinggi ini bisa merusak DNA sel tubuh.
Bagaimana Cara Mendeteksi Kanker Payudara?
Payudara merupakan hal yang sangat privat bagi wanita. Tidak jarang, orang merasa malu untuk membicarakan mengenai masalah kesehatan payudaranya. Girls, kita tidak perlu malu dengan tubuh kita sendiri. Justru, kita harus melakukan berbagai langkah secara rutin untuk mendeteksi ada tidaknya perubahan pada payudara kita. Semakin cepat suatu penyakit terdeteksi, semakin cepat pula kita bisa menanganinya.
Sekarang pertanyaannya, kanker payudara itu seperti apa, sih? Apa saja gejala dan perubahan yang terjadi pada tubuh? Setidaknya, terdapat 5 ciri perubahan pada payudara, antara lain muncul benjolan di sekitar payudara, kulit di sekitar payudara berubah, puting tertarik ke dalam, terjadi pendarahan dari puting, gatal-gatal di area sekitar puting, hingga rasa nyeri di payudara.
Untuk mendeteksi kanker payudara, kita dapat melakukan cara yang sangat mudah dan murah, bahkan gratis. Ialah metode SADARI, atau perikSA payuDAra sendiRI. SADARI menjadi cara paling sederhana untuk mendeteksi kanker payudara, sebab kita bisa melakukannya sendiri di rumah.
Berdasarkan anjuran Yayasan Kanker Indonesia, wanita sebaiknya melakukan pemeriksaan payudara sendiri 7-10 hari setiap bulannya, dihitung mulai dari hari pertama menstruasi. Sementara itu, jika tidak mengalami haid yang teratur, maka SADARI bisa dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan.
Selain menggunakan metode SADARI, kita juga dapat menggunakan metode lanjutan, yakni SADANIS atau perikSA payuDAra kliNIS. SADANIS ini dilakukan oleh tenaga medis profesional, jadi memiliki tingkat keakuratan yang lebih tinggi dibandingkan kita orang awam yang melakukan SADARI. Kunjungilah fasilitas kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan SADANIS.
Pada pemeriksaan SADANIS, pertama-tama petugas kesehatan akan melakukan pemeriksaan secara medis. Jika ditemukan hal yang tidak normal, maka selanjutnya pasien akan diminta untuk melakukan serangkaian tes seperti USG (ultrasonogafi), mamografi, hingga MRI (Magnetic Resonance Imaging), hingga biopsi.
Untuk usia 39 tahun ke bawah, dianjurkan untuk memeriksa payudara secara bulanan. Sementara itu, wanita berusia 40-49 tahun dianjurkan melakukan pemeriksaan bulanan disertai mamografi setiap 1-2 tahun sekali. Lalu, wanita dengan usia 50 tahun ke atas sebaiknya melakukan pemeriksaan payudara bulanan disertai mamografi setahun sekali.
Mengapa Kita Harus Melakukan Deteksi Dini Kanker Payudara?
Semakin dini sel kanker ditemukan, baik jenis kanker apa pun itu, maka kemungkinan sembuh dari kanker pun semakin tinggi. Masa-masa deteksi inilah yang sangat vital. Kadang, terdapat kanker yang butuh waktu lama untuk menjadi parah (contohnya saya yang terdeteksi kanker pada tahun 2017, tetapi tahun 2019 baru benar-benar drop). Di situlah kita bisa mengambil langkah pengobatan sejak dini. Sebanyak 70% kasus kematian akibat kanker payudara bahkan terjadi karena keterlambatan deteksi dini. Berdasarkan data dari Dr. Walta Gautama, Sp.B(K)Onk., Ketua PERABOI (Pengurus Pusat Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia), pasien kanker payudara baru datang ke rumah sakit ketika menginjak stadium lanjut. Padahal, jika kanker payudara terdeteksi lebih awal, akan ada lebih banyak pilihan perawatan dan kesempatan untuk bertahan hidup juga akan lebih besar.
Kapan kita bisa mulai melakukan SADARI dan SADANIS? Jawabannya adalah, sedini mungkin. Kita tidak pernah tahu kemungkinan yang ada. Seperti halnya ketika saya terkena kanker di usia remaja, yakni 17 tahun, saya sungguh tidak menduga akan ‘dihadiahi’ penyakit berat di usia belia. Oleh karena itu, tak ada alasan menunggu untuk melakukan deteksi dini kanker payudara.
Kanker payudara sendiri, sama seperti jenis kanker lainnya, terdiri dari 5 tahap atau stadium. Tahap 0 merupakan level yang paling ringan, sementara itu tahap 5 merupakan tingkatan yang paling berat.
Jika Sudah Terkena Kanker Payudara, Harus Bagaimana?
Pertama-tama, jika didiagnosis kanker, tentunya berita tersebut sangat memengaruhi kondisi mental pasien. Akan terjadi penolakan di dalam diri, lalu timbul rasa sedih bahkan bisa stres karena memikirkan sisa waktu hidup mungkin tak lama lagi. Berdasarkan pengalaman saya saat pertama kali divonis kanker, saya memang merasa sedih dan tidak percaya, akan tetapi saya tidak berlarut-larut dalam perasaan itu. Saya fokus memikirkan masa depan, fokus merencanakan pengobatan selanjutnya.
Dukungan moral dari keluarga, pasangan, teman, dan orang-orang sekitar sangat membantu pasien kanker dalam menjaga kesehatan mental. Saya sendiri saat ini masih berjuang melawan kanker. Saya tidak memikirkan kapan saya akan meninggalkan dunia ini, justru saya fokus untuk menjalani hari dengan lebih produktif dan bahagia. Semangat adalah salah satu kunci dari kesembuhan. Dengan mental yang sehat dan optimisme, maka setidaknya pasien kanker bisa menjalani hari-hari dengan lebih baik.
Langkah selanjutnya, jika didiagnosis menderita kanker payudara, tentu saja pasien perlu ditangani secara medis. Pasien dianjurkan untuk berkonsultasi ke dokter serta pergi ke rumah sakit yang bisa menangani kanker. Ada banyak metode pengobatan kanker payudara, seperti operasi, kemoterapi, radioterapi, terapi hormon, hingga terapi tertarget. Pasien bisa saja melakukan satu jenis pengobatan atau dikombinasikan pula dengan metode pengobatan lain. Masing-masing orang bisa punya jenis pengobatan yang berbeda, tergantung kembali kepada kanker yang ada di tubuh.
Bagi yang Ingin Mencegah Kanker Payudara, Ini Dia Caranya!
Sebagai manusia biasa, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Orang yang sehat bisa saja mendadak sakit, orang yang sakit bisa saja bertahan dan akhirnya sembuh. Saya harap teman-teman semua berada dalam keadaan sehat walafiat (tidak seperti saya yang jiwanya menggebu-gebu, tetapi fisik lemah karena kanker, hehe). Kata pepatah, sedia payung sebelum hujan. Jika ingin menghindari diri dari kanker, termasuk kanker payudara, maka ini dia beberapa cara yang bisa kita lakukan:
Cegah Kanker Payudara Sedari Dini dengan SADARI, Jalani Hari dengan Berseri
Tingkat kesadaran wanita Indonesia terhadap kanker payudara memang harus ditumbuhkan. Hal ini dikarenakan ternyata masih sangat banyak yang baru berobat ketika sudah berada pada stadium lanjut. Seharusnya, kanker payudara dapat terdeteksi dari dini. Cara untuk mendeteksinya pun sangat mudah, yakni dengan teknik SADARI yang dapat dilakukan sendiri di rumah. Selain itu, para wanita juga dianjurkan untuk melakukan SADANIS (pemeriksaan klinis) terkait kanker payudara dengan melakukan prosedur mamografi dalam jangka waktu tertentu.
Semoga dengan adanya artikel ini, teman-teman dapat lebih memahami seluk-beluk kanker payudara. Tidak perlu takut dengan kanker payudara, sebab kanker payudara memiliki peluang untuk sembuh. Salam sehat, salam Hari Kanker Payudara Sedunia!
Referensi
https://ahcc.co.id/cancer/kanker-payudara
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/06/29/ini-jenis-kanker-yang-paling-banyak-diderita-penduduk-indonesia
https://hellosehat.com/kanker/kanker-payudara/penyebab-kanker-payudara
http://repository.unjaya.ac.id/2316/2/OFIT%20LIA%20AGUSTIN%20%281114059%29nonfull.pdf
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-kanker-dan-kelainan-darah/7-langkah-melakukan-sadari-bagian-1
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-kanker-dan-kelainan-darah/7-langkah-melakukan-sadari-bagian-2
https://www.suara.com/health/2021/10/06/203153/70-persen-pasien-kanker-payudara-baru-datang-ke-rs-setelah-stadium-lanjut
0 Comments