Kembali Memulai, Sama Sulitnya Seperti Pertama Kali Mencoba
Lagi-lagi, semangat saya kembali membara.
Saya itu tipe orang yang semangatnya luar biasa di awal, namun susah mempertahankan hingga akhir. Bisa dibilang, saya cepat bosan. Terkadang ada saja hal menarik yang saya lakukan, akan tetapi tak berapa lama kemudian, saya tak lagi keranjingan melakukan hal tersebut.
Berbagai ide aneh yang memasuki otak saya seperti aktif blogging, belajar gitar, belajar beberapa bahasa (Inggris, Mandarin, dan tentunya Korea karena saya pernah terkena virus KPop), belajar programming, menulis cerita, menggambar, rutin melenturkan tubuh (serta melakukan gerakan kelentukan seperti kayang, split, hingga kaki yang diluruskan ke atas mengenai kepala), bahkan sampai mencoba bereksperimen di dapur demi menciptakan penganan enak—meskipun lebih banyak gagal sehingga saya menyerah.
“Kenapa bisa ada orang sukses? Itu karena satu hal. Mereka fokus.”
-Dikutip dari otak saya, meskipun mungkin banyak orang juga mengatakan hal serupa
Saya merasa menjadi orang yang random. Sebenarnya apa, sih, yang saya inginkan? Jika dikerucutkan, maka hobi saya yang masih bertahan hingga saat ini adalah membaca dan menulis. Tidak rutin sih, sebenarnya, namun paling tidak sejak kecil saya sudah mencintai dunia kepenulisan dan mencoba aktif menulis—walau bisa disebut gagal.
Pertama kali saya membuat blog gratisan di beberapa tempat sekaligus, seperti Blogspot, WordPress, hingga MyWapBlog. Saat itu saya paling rutin update di MyWapBlog. Masih duduk di bangku sekolah dasar, bermodalkan telepon genggam Nokia N70 Music Edition—yang dulu terasa sangat canggih—saya setiap hari blogwalking dan rutin menulis artikel.
Sayangnya, semua berakhir bad ending. Setelah cukup lama vakum di MyWapBlog, saya baru tahu MyWapBlog gulung tikar. Musnah sudah blog gratisan saya, semua tulisan yang sebenarnya bisa saya kenang. Semua hilang tanpa jejak.
Berlanjut saat SMP, di sinilah imajinasi absurd saya berkembang. Saya beralih menggunakan WordPress, menulis artikel random hingga fan fiction dengan pemeran artis Korea seperti SNSD dan EXO. Alamat website-nya bahkan SANGAT SANGAT ALAY. Lebay. Saking memalukannya, tak usahlah saya beri tahu. Anehnya, dulu yang membaca cerita saya lumayan banyak juga, loh. Padahal jika sekarang saya disuruh membaca ulang cerita-cerita tersebut, saya bisa muntah pelangi.
Panjang cerita (tak mungkin saya bilang ‘singkat cerita’, karena paragraf pengantar artikel ini sudah terlalu panjang), akhirnya saya kembali kesambet. Kepengen punya blog baru yang alamatnya lebih masuk akal, manusiawi, dan tentu tidak memalukan. Saya juga tak puas dengan domain gratisan yang kurang bisa dieksplorasi.
Bermula dari aktivitas saya bekerja paruh waktu membuat beberapa artikel, saya jadi kembali ingin menulis. Bukan menulis apa yang disuruh, tetapi menulis apa yang benar-benar ingin saya tulis.
Maka, lahirlah blog ini.
Hei! Tidak semudah itu, Ferguso (saya tak yakin apakah kalimat ini masih populer ketika kamu membacanya).
Saya benar-benar buta soal domain, hosting, dan sejenisnya. Maka dari itu saya benar-benar menyurvei setiap penyedia layanan, mempelajari istilah-istilah, serta menimbang fitur yang diberikan masing-masing penyedia. Setelah sudah yakin, maka hasrat menulis saya pun tersalurkan.
Berhubung saya sudah mengeluarkan dana untuk menciptakan alamat rumah online ini yang sama persis dengan nama panjang saya (meskipun awalnya saya ingin menggunakan alamat yang alay seperti “vividisini” atau “inivivi”), maka saya pun bertekad untuk terus menulis. Kembali berkarya.
“Jangan biarkan malas menguasai. Teruslah berlari. Jika kau mau menyerah, ikatlah pinggangmu pada kendaraan yang sedang melaju. Mau tak mau, kau pun ikut bergerak. Kau ikut maju.”
-Vivi Yunika
Sebelum post ini berubah menjadi curahan hati yang ngalor-ngidul tidak jelas (atau sudah terjadi?), maka saya mencoba menjadi (sok) bijak dan memberi wejangan kepada teman-teman.
FOKUS.
Satu hal yang sangat penting. Sampai sekarang saya masih belum menjadi seseorang yang sukses. Sukses menekuni sesuatu, bahkan dari ketekunan tersebut, kita bisa meraih kepuasan diri, terlepas dari prestasi atau keuntungan yang diraih. Saya belum tiba pada tahap tersebut, akan tetapi semoga saja suatu hari nanti tercapai.
Saya tahu, untuk dapat tetap fokus, saya harus punya tujuan hidup. Hidup saya berpatokan pada sesuatu. Jika suatu hari nanti saya (lagi-lagi) tak bergairah, malas-malasan, maupun merasa bosan, maka saya tinggal ingat kembali, apa alasan yang membuat saya pernah menggebu.
Saya akan jadikan alasan itu untuk tetap membuat saya bertahan, bahkan berkembang menjadi lebih baik.
Yeah, jadi, untuk diri saya sendiri, selamat datang kembali di dunia per-blogging-an!
0 Comments
Trackbacks/Pingbacks