Klik di sini untuk langsung membaca kondisi terbaruku dan rencana pengobatan.
Donasi
Donasi kankerku bisa via https://kitabisa.com/bantuvivisembuh
Bisa juga melalui rekening:
BNI 0637-207-898 a.n. Vivi Yunika
BCA 4971-489-141 a.n. Vinny Marviani
[DONASI HANYA MELALUI 2 REKENING INI YA, TIDAK ADA REKENING LAIN LAGI!]
Sorry banget sebelumnya kalau ada yang merasa ini kurang etis. Kalau bisa donasi lewat rekening juga membantu banget, soalnya jika melalui Kitabisa ada biaya administrasi 5%. Hingga saat ini biaya administrasi yang terpotong sudah mencapai 44 juta rupiah, dan menurutku yang sedang membutuhkan dana untuk pengobatan, itu termasuk nominal yang tidak sedikit.
Yuk pantengin instagramku juga! Aku biasa update story di sana.
Kisah Kankerku dari Awal sampai Sekarang
Bagi teman-teman yang belum tahu tentangku (atau mungkin sudah agak lupa, haha), aku bakal ceritain kisahku menghadapi kanker limfoma dari pertama hingga saat ini. Bagi teman-teman yang udah tahu, boleh skip aja bagian ini kalau malas baca hehe.
Klik di sini untuk langsung membaca kondisi terbaruku dan rencana pengobatan.
Gejala Awal dan Pengobatan Herbal
Gejala pertama muncul di tahun 2017 pas aku berusia 17 tahun (happy sweet seventeen, ini dia kadonya, kanker!). Waktu itu aku baru naik ke kelas 3 SMA, dan gejala yang muncul berupa nyeri di tubuh, demam tinggi (terutama di malam hari), dan muncul benjolan. Aku udah pergi ke berbagai dokter di Pontianak, tapi gak ada obat yang mempan untuk menyembuhkanku.
Pada September 2017, aku melakukan biopsi (jarum ditusuk ke benjolan di leher untuk mengambil sampel). Hasil menyebutkan bahwa aku mengalami limfoma Hodgkin. Keluargaku lebih memilih metode tradisional untuk mengobatiku. Aku mencoba berbagai obat herbal dari berbagai sinshe (sinsang) di Pontianak, tapi hasilnya tidak memuaskan.
Dari rentang waktu 2017 hingga awal 2019, kondisiku naik-turun. Ada kalanya aku (merasa) sehat, tapi sering juga gejala muncul kembali. Hingga pada Februari 2019, kondisiku mendadak parah. Kaki kiriku bengkak dari paha atas sampai telapak kaki. Saat itu, aku mencoba berbagai obat herbal untuk mengobati kaki yang bengkak. Namun, kakiku tetap saja tidak bisa kembali normal.
Hingga akhirnya pada Mei 2019, kaki masih bengkak, benjolan di leher juga masih ada, badan tambah lemah, bahkan untuk napas aja udah agak sesak. Akhirnya, aku pun dibawa ke Kuching, Malaysia, untuk pemeriksaan lebih lanjut. Setelah melakukan biopsi (mengambil sampel jaringan pembedahan di benjolan leher), ternyata memang benar aku menderita limfoma hodgkin. Aku juga melakukan CT scan dan hasil menunjukkan bahwa sel kanker udah menyebar di berbagai bagian tubuhku.
Kemoterapi Pertama
Sejak Mei 2019, aku menerima pengobatan berupa kemoterapi ABVD. Rencananya kemoterapi akan dilakukan sebanyak 16 kali. Pada Desember 2019, habis kemoterapi ke-14, aku PET scan lagi (PET scan adalah pemeriksaan untuk mengetahui persebaran sel kanker). Ternyata, hasil malah menunjukkan bahwa sel kankerku makin banyak.
Pada Januari 2020, aku membuka penggalangan dana supaya aku bisa lanjut berobat. Dengan bantuan teman-teman sekalian, aku akhirnya bisa menjalani kemoterapi ICE dan transplantasi sumsum tulang. Pengobatan ini aku jalani di Kuala Lumpur (karena gak bisa dilakukan di Kuching). Pada Maret 2020, aku melakukan PET scan, dan hasilnya bersih! Pengobatan selesai pada April 2020. Aku pun pulang ke Indonesia.
Kanker Kembali Lagi
Sejak Oktober 2020, gejala kanker (nyeri, demam) kembali hadir. Aku pun melakukan PET scan di Jakarta. Benar aja, kanker limfoma hodgkin balik lagi ke tubuhku! Dokter bilang, aku punya peluang untuk sembuh. Caranya, aku harus menjalani imunoterapi dengan obat ADCETRIS® (brentuximab vedotin). Sayangnya, karena dana udah terkuras habis, aku cuma bisa menggunakan herbal.
Mengonsumsi obat herbal, kondisiku sempat kembali membaik (tidak ada gejala nyeri dan demam). Tapi, gejalanya muncul lagi pada Februari 2021, jadinya aku PET scan lagi. Ternyata, hasil scan menunjukkan bahwa dari rentang Oktober 2020 sampai Februari 2021, kankerku kurang lebih sama. Masih ada. Dokter juga bilang kalau aku benar-benar harus melakukan imunoterapi.
Kalau ditanya, kenapa aku gak segera berobat lagi? Ya jawabannya mudah, karena kurang dana. Imunoterapi TIDAK ditanggung BPJS. Biaya imunoterapi juga mahal, bisa mencapai miliaran. Aku punya teman yang biaya imunoterapinya kalau ditotal udah menghabiskan 2,4 miliar. Wow. Selain itu, imunoterapi juga bukannya bisa sekali-dua kali selesai. Imunoterapi harus dilakukan berkali-kali dan gak boleh terputus di tengah jalan. Kalau uang gak cukup, mana berani mulai imunoterapi? Maka dari itu, aku menggalang dana lagi.
Kondisi Terbaru
Beberapa hari lalu, tepatnya pada 28 Oktober 2021, aku mendadak menyadari ada yang aneh di tubuhku. Pas aku menghadap ke bawah (ngeliatin perut), aku ngerasa kalau perutku itu membesar (bukan hamil, ya, Bun). Perutku, tepatnya dari area di bawah dada hingga di atas pusar, membesar di bagian kanan. Jadinya, kalau dilihat dari atas, kelihatan tidak simetris.
Aku sebenarnya juga gak tahu urusan perut yang membesar ini udah mulai besar sejak kapan (ya siapa juga yang perhatiin perutnya terus-terusan?). Namun satu hal yang pasti, perut ini bermasalah. Akhirnya, aku pun pergi ke dokter untuk meminta pencerahan. Udah aku duga, sih, kalau pembesaran perut ini ada hubungannya dengan kankerku (kalau bukan, karena apa lagi?).
Agar bisa tahu kondisi perut dengan lebih pasti, dokter memintaku untuk melakukan tes lab dan CT scan. Setelah melakukan kedua tes tersebut, aku akhirnya bisa berkonsultasi dengan dokter lagi.
INI DIA YANG DITUNGGU-TUNGGU….
Hasil CT scan Terbaru + Rencana Pengobatan
Jadi, kalau membandingkan hasil PET scan terakhir (Februari 2021) dan CT scan (November 2021), ternyata kankerku makin banyak dan ukurannya juga membesar. Kankerku yang di paru-paru dan di tulang juga masih ada. Tambahan terbaru tentang perutku yang membesar, ternyata organ hatiku membesar hingga mencapai ukuran 18,4 cm. Padahal, ukuran hati orang normal hanya 13,5-14,5 cm. Lalu, perutku juga mengalami asites (penimbunan cairan di rongga perut).
Dokter bilang aku punya peluang untuk sembuh Intinya, aku butuh berobat sesegera mungkin. Untuk pengobatannya, berdasarkan konsultasi terbaru, dokter mengatakan aku butuh minimal 8x imunoterapi (adcetris) dikombinasikan dengan kemoterapi AVD (Adriamycin, Vinblastine, dan Dacarbazine). Pengobatan akan dilakukan 3 minggu sekali, jadi butuh minimal 6 bulan untuk menyelesaikan proses pengobatan ini. Oh ya, ternyata pengobatan bisa dilakukan di Pontianak, kota tempatku tinggal. Jadi, aku akan menjalani pengobatan di Pontianak. Pertimbangannya, pengobatan di kota sendiri akan lebih murah daripada harus pergi ke Jakarta (butuh biaya akomodasi, transportasi, konsumsi), ditambah lagi kondisi fisikku yang tidak kuat duduk lama atau berjalan jauh membuatku ragu jika harus berobat ke luar kota.
Kalau ditanya, kapan dimulai? Aku maunya sih secepatnya. Namun, ada hal yang perlu aku persiapkan, yaitu uang. Kalau dana gak cukup, gimana mau berobat? Pengobatan juga gak bisa berhenti di tengah-tengah, soalnya bakalan percuma kalau sel kanker belum mati semua. Maka dari itu, yuk bantu aku basmi kanker di tubuh dengan cara berdonasi! Terima kasih banyak semuanya!
Donasi
Donasi kankerku bisa via https://kitabisa.com/bantuvivisembuh
Bisa juga melalui rekening:
BNI 0637-207-898 a.n. Vivi Yunika
BCA 4971-489-141 a.n. Vinny Marviani
[DONASI HANYA MELALUI 2 REKENING INI YA, TIDAK ADA REKENING LAIN LAGI!]
Sorry banget sebelumnya kalau ada yang merasa ini kurang etis. Kalau bisa donasi lewat rekening juga membantu banget, soalnya jika melalui Kitabisa ada biaya administrasi 5%. Hingga saat ini biaya administrasi yang terpotong sudah mencapai 44 juta rupiah, dan menurutku yang sedang membutuhkan dana untuk pengobatan, itu termasuk nominal yang tidak sedikit.
Yuk pantengin instagramku juga! Aku biasa update story di sana.
0 Comments