literasi informasi di perpustakaan ala gen z: aktif, adaptif, dan adiktif

“Jejeran buku membuatku terpaku. Sedari dulu, aku memang sudah menjadi pecinta buku. Minat membacaku menggebu-gebu. Hingga saat ini, membaca menjadi keseharianku. Panggil saja aku si pecandu buku.”

Teringat Kisah Masa Lalu

(Taman bacaan kenangan masa kecil.)

sumber gambar: Google Maps

Aku terlahir dalam keluarga yang punya minat baca tinggi. Sebelum masuk taman kanak-kanak, aku sudah lancar menulis dan membaca. Sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, ibuku sering membawaku ke tempat penyewaan buku. Terhitung tiap sore, aku dan ibu melangkahkan kaki ke taman bacaan yang jaraknya cukup dekat dari rumah. Di dalam ruangan itu, ada ribuan buku yang tertata rapi. Mataku berbinar tiap kali menelusuri buku dari rak yang satu ke rak yang lainnya. Hanya dengan biaya beberapa ribu rupiah per buku untuk satu kali masa peminjaman, aku pun memboyong pulang bacaan yang dapat kunikmati, meski tak kumiliki.

Tahun demi tahun berlalu. Sayang sekali, taman bacaan itu tak lagi dibuka. Menyewa buku memang menjadi solusi bagiku yang saat itu masih kecil dan tak punya banyak dana untuk membeli buku. Oleh sebab itu, usai kehilangan tempat favoritku tersebut, separuh jiwaku pun seakan melayang pergi.

Pengalaman ke Perpustakaan

Beberapa tahun kemudian, aku naik ke bangku sekolah menengah pertama. Di sekolah baruku, ada perpustakaan besar di bawah aula sekolah. Perpustakaan itu pun menjadi bentengku di sela-sela istirahat. Aku sudah menjadi penghuni tetap di perpustakaan sekolah. Kurasa, penjaga perpustakaan bahkan sudah bosan melihatku berkeliaran dari sudut ke sudut perpustakaan. Namun, tak mengapa. Minat bacaku memang membara, bukankah itu hal yang bermakna?

Usai lulus sekolah, aku seakan kehilangan tempat tongkrongan. Namun, untungnya hal tersebut tak berlangsung lama. Setelah memiliki surat izin mengemudi, aku lebih leluasa untuk bepergian ke luar rumah. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan tersebut, aku pun segera menyalakan kendaraan bermotor, menuju perpustakaan daerah di kotaku.

Berada di perpustakaan memberikan sensasi tersendiri yang tak dapat tergantikan. Pengalamanku pergi ke Perpustakaan Daerah Kalimantan Barat selalu menyenangkan dan menenangkan. Pertama kali aku pergi ke sana, aku langsung saja mendaftarkan diri menjadi anggota pengunjung perpustakaan. Soalnya, dengan menjadi anggota perpustakaan, aku bisa menikmati fasilitas peminjaman yang lebih lengkap. Meminjam buku untuk dibawa pulang menjadi solusi bagi teman-teman yang lebih pewe (posisi uenak) kalau baca buku sambil ngendon di rumah.

Perpustakaan Daerah Kalimantan Barat

Formulir pendaftaran anggota

Kartu anggotaku

Saat sudah menjadi anggota, semuanya terasa menjadi sangat simpel. Ketika masuk ke dalam perpustakaan, kita bisa melakukan absensi dengan menunjukkan barcode yang tertera di kartu anggota. Jika membawa banyak barang, kita juga bisa meminjam loker agar beban bawaan berkurang. Fasilitas yang terlihat sederhana seperti ini sesungguhnya sangat memudahkan anggota dan pengurus perpustakaan.

Usai meletakkan barang-barang, aku langsung saja masuk ke ruangan yang dijajali oleh buku. Suasana perpustakaan terlihat damai. Tiap pengunjung yang datang mampu membawa dirinya untuk tetap tenang agar tak mengganggu konsentrasi pengunjung lain. Aku juga tak kebingungan untuk mencari buku tertentu, sebab perpustakaannya juga menyediakan komputer untuk pencarian letak buku di rak. Maklum, koleksi perpustakaan yang lengkap membuat kita terkadang jadi bingung sendiri untuk mencari buku yang diinginkan. Untungnya, dengan teknologi seperti ini, masalah bisa teratasi.

Berkunjung ke perpustakaan daerah menjadi pengalaman yang menarik bagiku. Kapan lagi kita bisa membaca ribuan buku secara cuma-cuma? Waktu senggang yang dimiliki pun bisa terpakai dengan lebih bermakna. Meskipun terkesan pasif, sesungguhnya membaca adalah kegiatan yang produktif. Pasalnya, kebiasaan membaca memiliki beragam kelebihan di dalam hidup kita.

Pentingnya Membaca Buku

Beberapa orang menanggapku sebagai kutu buku. Tak masalah, sebab memang benar itu. Bagiku, tiap buku memiliki daya tariknya sendiri. Hanya dengan benda fisik berbentuk persegi panjang tersebut, kita bisa berfantasi melalui buku fiksi, bisa juga menambah pengetahuan baru. Lantas, mengapa rasanya tak banyak remaja sepertiku yang masih suka membaca buku, ya?

Aku pun lantas mencari tahu. Ternyata, berdasarkan hasil survei Central Connecticut State University tahun 2016, Indonesia menempati juara dua dari belakang dalam hal minat baca. Negara kita bertengger di posisi 60 dari 61 negara yang dianalisis. Sungguh miris, bukan?

Minat baca yang rendah ini tentu juga akan berpengaruh pada kualitas generasi muda ke depannya. Bayangkan, jika malas membaca buku, tentu sumber informasi yang didapat oleh kita akan berkurang. Saat ini, informasi memang bisa kita temui dalam bentuk audio dan visual, akan tetapi umumnya buku bisa membahas suatu topik dengan lebih menyeluruh dan mendalam. Oleh karena itu, membaca buku sesungguhnya merupakan hal penting yang tak dapat terlepas dari kehidupan.

(sumber gambar: dok. pribadi)

Manfaat Membaca: Menambah Wawasan

Manfaat yang pertama ini memang sudah tak bisa dibantah lagi. Buku apa pun itu, baik nonfiksi maupun fiksi, tentu memiliki pembelajaran yang dapat dipetik. Pada buku nonfiksi, kita bisa lebih mudah menyerap informasi sebab sudah tertulis jelas. Lantas, bagaimana dengan buku fiksi? Memangnya novel dan komik itu punya hal yang bisa dipetik?

Jawabannya, tentu saja. Meskipun masuk dalam kategori hiburan, tulisan fiksi memiliki jalan cerita yang bisa dijadikan amanat. Misalnya, tokoh utama awalnya sering gagal melakukan sesuatu. Karena pantang menyerah, akhirnya ia bisa sukses. Selain itu, sering pula kita menambah wawasan dari latar maupun kejadian yang terjadi di dalam fiksi. Contohnya, kita membaca novel yang berlatar tempat di Aceh. Kita bisa mengetahui gaya hidup orang-orang di sana tanpa perlu pergi ke Aceh, sebab hal tersebut sudah tertuang di dalam buku.

Wawasan yang didapat juga tidak hanya berupa ilmu umum. Dengan membaca, kita bisa memperluas perbendaharaan kosakata, bahkan juga bisa membantu otak kita untuk memahami alur penulisan yang baik. Orang yang gemar membaca umumnya bisa lebih lancar menulis.

Manfaat Membaca: Berguna bagi Fisik dan Mental

Apa hubungannya buku dengan kesehatan? Faktanya, membaca buku ternyata dapat membantu kita untuk meningkatkan konsentrasi dan menurunkan tingkat stres hingga 68%. Selain itu, membaca mampu menurunkan tekanan darah dan memperbaiki suasana hati seseorang.

Oh ya, saranku, jangan lupa untuk jeda sejenak jika sudah membaca buku terlalu lama, ya! Hal ini bertujuan untuk menjaga kesehatan mata. Pastikan juga penerangan cukup ketika membaca. Selain itu, jangan lupa untuk melakukan peregangan singkat supaya tubuh tidak mudah lelah karena duduk berjam-jam.

Alasan Anak Muda Jarang Membaca

Memiliki manfaat yang sangat baik, nyatanya literasi informasi di kalangan anak muda masih harus ditingkatkan. Bagi anak zaman now, Ada beberapa alasan yang menjadikan mereka ogah untuk bersentuhan dengan buku. Pertama, mereka beralasan sibuk dan tidak sempat membaca buku. Kedua, gempuran teknologi membuat generasi Z lebih tertarik untuk menghabiskan waktu berselancar di dunia maya. Ketiga, sekaligus alasan yang paling klasik, buku kerap dianggap sebagai sesuatu yang membosankan.

tidak punya waktu luang

Lebih memilih dunia maya

Menganggap buku Membosankan

Tiada Waktu untuk Membaca Buku

Dalam sehari, kita dianugerahi 24 jam. Setiap orang tentu punya porsi kegiatan dengan waktu yang berbeda-beda. Ada yang bisa tidur selama 8 jam sehari, ada juga yang sering lembur dan ujung-ujungnya hanya menikmati waktu tidur 3-4 jam tiap harinya. Ada yang sibuk menempuh pendidikan, ada yang sibuk bekerja, bahkan ada pula ibu rumah tangga yang terlihat senggang tetapi sebenarnya sering dipusingkan dengan urusan merawat anak.

Semua kegiatan itu merupakan aktivitas yang tak bisa kita elakkan dari kehidupan. Akan tetapi, sesungguhnya, hal tersebut bukan menjadi alasan bagi kita untuk tidak membaca. Sesibukkah itu hidup kita, hingga tak mampu meluangkan waktu beberapa menit sehari untuk membaca buku?

Setiap harinya, kita bisa mencari celah untuk membaca. Tak harus berdurasi lama atau membaca panjang-panjang, cukup 10-15 menit sehari. Kita juga bisa menargetkan membaca satu bab atau beberapa halaman dalam sehari. Kita bisa membaca di sela-sela mengantre, atau bahkan saat buang air besar di toilet! Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak membaca.

Teknologi Semakin Unjuk Gigi

Perkembangan teknologi memang tidak bisa dibendung lagi. Banyak di antara kita yang tidak bisa terlepas dari yang namanya internet. Katakanlah, dalam sehari, berapa jam kita bersentuhan dengan gadget? Nyatanya, banyak dari kita yang memilih menghabiskan waktu untuk aktif di media sosial, bermain game, maupun menonton video. Aktivitas-aktivitas tersebut dianggap lebih menyenangkan. Jarang sekali ada yang menghabiskan waktu senggang untuk membaca. Sayang sekali, padahal sebenarnya gadget pun bisa kita manfaatkan untuk membaca. Ada banyak e-book gratis maupun berbayar yang tersedia di internet.

Buku = Membosankan?

Bagi teman-teman yang menganggap buku itu membosankan, sepertinya belum menemukan buku yang menggugah hatinya. Agar bisa terbiasa membaca, sebaiknya kita mulai membaca buku dengan tema yang kita minati. Intinya, saat kita membuka buku itu, topiknya bisa diibaratkan dengan gue banget. Dengan begitu, kita lebih mudah jatuh cinta pada buku.

Kebanyakan buku dianggap boring karena memiliki desain sampul yang kolot, tulisan yang terlalu kecil dan rapat, hingga bisa jadi juga dikarenakan terlalu tebal. Aku sendiri tak ingin menyalahkan buku-buku seperti itu, sebab aku yakin banyak ilmu yang bisa dipetik darinya. Namun, sesungguhnya, saat ini sudah banyak beredar buku dengan desain yang menarik. Tidak hanya menggunakan ilustrasi, banyak pula buku yang memiliki halaman berwarna. Dengan begitu, kita para pembaca biasanya jadi lebih tertarik.

Banyak juga yang tidak membaca buku karena tidak memiliki buku. Mereka juga enggan untuk menghabiskan waktu dengan pergi ke perpustakaan. Lagi-lagi, mereka menganggap perpustakaan sebagai tempat yang membosankan. Padahal, apakah kenyataannya benar seperti itu?

Perpustakaan Naik Kelas: Solusi untuk Meningkatkan Literasi Informasi

Seiring dengan perkembangan zaman, perpustakaan sesungguhnya juga ikut memoles diri. Fungsi utama perpustakaan tetap menitikberatkan pada peminjaman buku kepada para pengunjung. Selain itu, kini ada perpustakaan yang memiliki beragam fasilitas canggih dan tentunya membuat kita betah berlama-lama di sana. Dengan adanya perpustakaan yang sudah naik kelas menjadi lebih berkualitas, diharapkan minat baca generasi muda dapat bertambah. Literasi informasi pun bisa semakin membaik.

Ialah UPT. Perpustakaan Unsyiah,  perpustakaan masa kini yang hadir dengan beragam inovasi. Perpustakaan yang dimiliki oleh Universitas Syiah Kuala ini pertama kali didirikan pada tahun 1970. Puluhan tahun berdiri, UPT. Perpustakaan USK terus berusaha berbenah diri. Buktinya, pada tahun 1980, perpustakaan ini sudah diberi status sebagai UPT (Unit Pelayanan Teknis). Bahkan, sejak tahun 1994, semua perpustakaan di Universitas Syiah Kuala lantas disatukan menjadi satu wadah.

Koleksi Buku Melimpah

Perpustakaan yang terletak di Aceh ini memiliki segudang kelebihan. Kalau berbicara tentang perpustakaan, tentu nilai jual utamanya adalah buku. Di UPT. Perpustakaan Unsyiah ini, kita bisa menemukan banyak buku yang berkualitas. Hingga per Januari 2022, diketahui bahwa ada puluhan ribu judul koleksi yang bisa kita nikmati, mulai dari buku teks maupun buku referensi, skripsi, tesis, jurnal, majalah, dan masih banyak lagi.

Judul Buku

Eksemplar

Jam Berkunjung yang Panjang

Jam kunjungan menjadi salah satu hal penting yang diperhatikan saat pergi ke perpustakaan. Semakin panjang jam layanan, tentunya kita juga bisa lebih leluasa menentukan kapan kita akan menghabiskan waktu di perpustakaan. Selain itu, kita pun bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca buku tanpa takut tergesa-gesa. UPT. Perpustakaan Unsyiah memiliki jam pelayanan yang cukup panjang dan dibuka setiap hari (kecuali libur nasional).

Sarana dan Prasarana Terlengkap

(sumber gambar: http://library.unsyiah.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/perpustakaan.jpg)

Kata siapa perpustakaan hanya bisa menjadi sekadar sebuah tempat membaca buku? UPT. Perpustakaan Unsyiah mematahkan anggapan tersebut. Sungguh menakjubkan, perpustakaan ini sudah dilengkapi dengan ruang teater mini, library coffee serta library gift shop, digital corner, ruang meeting, tempat fotokopi, dan tak lupa juga mushala.

Ruang bacanya terbagi menjadi dua, yakni ruang baca untuk perempuan dan ruang baca yang diperuntukkan bagi laki-laki. Selain itu, ada juga ruang pasca sarjana. Ruang-ruang yang ada di UPT. Perpustakaan Unsyiah sudah dilengkapi dengan full AC dan internet. Sungguh nyaman berlama-lama di perpustakaan ini!

Telah Tersertifikasi

(sumber gambar: https://library.unsyiah.ac.id/wp-content/uploads/2020/02/percapaian.jpg)

Perpustakaan pakai sertifikasi segala? Ya, benar! UPT. Perpustakaan Unsyiah sudah tersertifikasi ISO 9001:2015 (sertifikasi untuk standar manajemen mutu), ISO 20000-1:2018 (sertifikasi sistem manajemen) dan ISO 27001:2013 (sertifikasi standar sistem manajemen keamanan informasi). Bahkan, perpustakaan ini juga mendapat akreditasi A dari Perpustakaan Nasional Indonesia. Belum cukup sampai di situ, UPT. Perpustakaan Unsyiah pun mendapatkan peringkat perunggu pada ajang SNI Award 2019. Adanya sertifikasi-sertifikasi tersebut membuktikan bahwa UPT. Perpustakaan Unsyiah merupakan perpustakaan yang berkualitas.

Tersedia dalam Genggaman

Membaca buku dari UPT. Perpustakaan Unsyiah pun tambah seru, sebab koleksinya ini tidak terbatas hanya pada buku cetak, tetapi meliputi e-book dan e-journal yang bisa diakses secara online. Cukup dengan mengunduh aplikasi UILIS APP MOBILE, mahasiswa bisa mengakses layanan UPT. Perpustakaan Unsyiah. Layanan ini sangat cocok bagi para mahasiswa yang tidak berkesempatan untuk berkunjung ke perpustakaan secara langsung.

Mendukung Generasi Z Menjadi Lebih Aktif

(sumber gambar: Instagram @ulf.usk)

UPT. Perpustakaan Unsyiah bukanlah sebuah perpustakaan yang pasif. Para pengurus sebisa mungkin berusaha untuk meningkatkan interaksi antara masyarakat umum dengan perpustakaan. Salah satu caranya yakni dengan mengadakan beragam event. Tahun ini, UPT. Perpustakaan Unsyiah mengadakan USK Library Fiesta 2022. Acara tahun ini meliputi pemilihan duta baca USK tahun 2022 serta lomba blog yang diperuntukkan bagi peserta umum.

Perpustakaan menjadi tempat bagi orang-orang untuk berkumpul dan melakukan kegiatan positif, mulai dari adanya komunitas, seminar, hingga lomba-lomba seperti debat, puisi, hingga lomba menyanyi. Dengan adanya acara seperti ini, tentunya UPT. Perpustakaan Unsyiah akan semakin dikenal oleh masyarakat luas. Selain itu, pemilihan duta baca menjadi salah satu ajang yang positif bagi muda-mudi untuk mengembangkan kemampuan diri di bidang literasi.

Perpustakaan ala Gen Z: Aktif, Adaptif, Adiktif

Jika ia belum menyukaimu, maka buatlah ia jatuh cinta padamu.
-Vivi Yunika

Bagi saya, ungkapan ini berlaku bagi semuda bidang, tidak hanya membaca. Sebut saja dalam bisnis, apa yang harus dilakukan jika konsumen tidak tertarik dengan produk atau jasa yang ditawarkan? Tentu produsen harus memutar otak agar apa yang ia tawarkan bisa menarik minat pembeli.

Begitu juga halnya dengan membaca. Memang sulit bagi kita untuk memaksa agar orang-orang lebih mencintai literasi, sebab komitmen itu berasal dari hati sendiri. Namun, sesusah apa pun, kita harus berusaha. Atas dasar alasan ini pulalah, UPT. Perpustakaan Unsyiah mampu menciptakan lingkungan perpustakaan yang lebih menarik. Kalau kata saya, literasi informasi di perpustakaan ala gen Z ini harus aktif, adaptif, dan adiktif.

Aktif

Apa jadinya sebuah perpustakaan hanya bersikap pasif? Tentunya, perpustakaan akan stagnan di tempatnya. Di saat semua hal sudah berubah, ia tetap teguh seperti batu. Hal yang terjadi selanjutnya, perpustakaan akan ketinggalan zaman dan ditinggalkan para pengunjung. Jika perpustakaan tak berhenti untuk tetap aktif, tentunya perpustakaan akan menggunakan segala macam cara untuk menjadi lebih baik. UPT. Perpustakaan Unsyiah menjadi contoh perpustakaan yang aktif berbenah.

Adaptif

Sesuatu yang bertahan tanpa adanya perubahan lama-kelamaan akan tergerus oleh zaman. Literasi informasi di dunia sudah berkembang pesat. Lihat saja, wujud kertas pertama kali diciptakan pada tahun 105 SM oleh Cai Lun dari Tiongkok. Karena mengalami kesulitan dalam penduplikasian, maka orang-orang berusaha untuk terus berinovasi. Lahirlah mesin ketik pertama pada tahun 1867 yang diciptakan oleh C. Latham Sholes, Carlos Glidden dan Samuel W. Soule.

Selain penemuan kertas dan mesin tik, masih banyak lagi penemuan berharga yang berkaitan dengan dunia literasi. Sebut saja komputer dan laptop yang berfungsi untuk pengetikan. Ada juga mesin fotokopi dan printer yang bisa mencetak dan menduplikasi dokumen. Dengan adanya mesin-mesin tersebut, buku-buku kini jadi melimpah ruah dan bisa ditemukan dengan mudah.

Hal yang sama juga bisa diterapkan pada perpustakaan. Dulunya, perpustakaan hanya memiliki satu fungsi, yakni sebagai tempat membaca maupun meminjam buku. Namun, kini, perpustakaan menghadirkan berbagai fasilitas tanpa batas. Lihat saja, UPT. Perpustakaan Unsyiah mampu menjadi perpustakaan yang adaptif dan menciptakan fasilitas tambahan, seperti ruang teater, ruang rapat, dan lain sebagainya. Ruangan-ruangan ini menjadi tempat bagi para generasi Z untuk membaca sekaligus bertukar informasi.

Adiktif

Kalau kita menyelisik makna dari adiktif, maka disebutkan di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bahwa adiktif memiliki arti “bersifat kecanduan”. Eits, jangan berpikiran negatif dulu. Adiktif dalam bagian ini tentu merupakan hal yang positif. Adiktif memang bisa menimbulkan ketergantungan pada pemakainya. Lalu, apa maksudnya perpustakaan yang adiktif?

Anak muda yang masuk ke dalam generasi Z (bahkan saya rasa ini berlaku bagi hampir setiap orang) tentu tak menginginkan sesuatu yang membosankan. Kalau perpustakaan menjadi aktif dan adaptif, maka tak ada lagi stigma ‘membosankan’ bagi perpustakaan. Perpustakaan mampu membuat orang-orang jadi ketagihan berkunjung. Guna meningkatkan literasi informasi di perpustakaan ala generasi Z, perpustakaan harus bisa menciptakan sifat adiktif. Hal ini sudah berhasil diterapkan di UPT. Perpustakaan Unsyiah, di mana pengunjung jadi ingin terus datang dan datang lagi.

Perpustakaan Naik Kelas Jadi Lebih Berkualitas, Literasi Informasi pun Semakin Berisi

Terlahir sebagai anak generasi Z (lahir di tahun 1997 hingga 2012), tak dapat dielakkan bahwa pengaruh teknologi sangat besar di dalam kehidupan. Jika anak-anak zaman dulu hanya bisa membaca melalui buku fisik atau bermain permainan tradisional, maka saat ini generasi Z bisa dengan mudah melakukan semua kegiatan itu melalui gadget dan internet yang dimiliki.

Pengaruh teknologi memang sangat berguna bagi kemajuan literasi informasi. Kita punya lebih banyak pilihan untuk mencari referensi, mulai dari berkunjung ke perpustakaan, membaca buku elektronik, hingga menggunakan internet untuk melakukan pencarian. Hal inilah yang diserap oleh perpustakaan masa kini. Sudah banyak perpustakaan yang menyediakan akses ke jurnal secara online, salah satunya UPT. Perpustakaan Unsyiah. Selain itu, dengan adanya kemajuan teknologi, UPT. Perpustakaan Unsyiah mampu membangun fasilitas yang lebih baik dan memadai bagi kenyamanan pengunjung perpustakaan.

Membaca menjadi jauh lebih mudah dan nyaman karena perpustakaan sudah naik kelas menjadi lebih berkualitas. Peningkatan kualitas perpustakaan membuat generasi muda pun lebih tertarik untuk membaca. Tentunya, hal ini akan membuat dunia literasi informasi lebih maju, ‘berisi’, dan bermakna. Jadi, kapan sobat mau mulai membaca?

Referensi:
https://library.unsyiah.ac.id/

Penting! Ini 12 Manfaat Membaca Buku Setiap Hari

The history of paper: from its origins to the present day

http://mytypewriter.com/explorelearn/
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/adiktif
https://www.beresfordresearch.com/age-range-by-generation/

BEBERAPA JEJAK TERAKHIRKU

Curhat Kemoterapi Ketujuh

Curhat Kemoterapi Ketujuh

Capek. Itulah yang aku rasakan sebelum melakukan kemoterapi ke-7. Kondisiku lemah banget, cuma bisa baring aja di kasur. Jalan sedikit aja udah ngos-ngosan, demam berhari-hari tanpa henti, tak punya nafsu makan, dan kalau makan pun hanya bisa sedikit karena ukuran perut yang membesar. Aku juga batuk-batuk. Ketika batuk, aku bahkan bisa sampai muntah.

[Resensi Lengkap] Ringkasan Buku “Masih Belajar” – Iman Usman

[Resensi Lengkap] Ringkasan Buku “Masih Belajar” – Iman Usman

Artikel ini berisikan tentang ringkasan lengkap dari buku “Masih Belajar: Menggapai Hidup Bermakna di Usia Muda” yang ditulis oleh Iman Usman. Resensi buku ini dibuat dengan tujuan memberikan informasi kepada teman-teman. Aku berharap, dengan adanya resensi ini, sobat bisa memutuskan untuk membeli buku ini secara legal dan membacanya, menambah ilmu dan pengetahuan baru.