[Catatan: Artikel ini ditulis pada tanggal 9 April 2022 dan dipublikasikan tanggal 10 April 2022]
Aku Positif?
Pagi itu, seperti yang biasa tiga minggu sekali kulakukan, aku bersiap-siap ke rumah sakit. Hari itu, aku akan menjalani kemoterapi yang kelima. Usai mengecek kembali barang bawaan dan data berobat, aku pun segera memesan layanan ojek online.
Tiba di rumah sakit, dengan santainya, aku pun segera duduk di atas ranjang IGD. Dokter melakukan swab kepadaku dan ibuku (pasien dan penjaga pasien wajib untuk swab jika ingin dirawat). Karena aku kemoterapi di hari biasa, jadinya aku duduk-duduk santai sambil mendengarkan kuliah online dari dosen melalui aplikasi meeting online.
Tak lama, hasil swab antigen pun keluar. Ibuku segera diminta menuju konter yang ada di IGD.
“Maaf Bu, hasilnya positif,” ujar sang dokter.
“HAH? SAYA POSITIF?” tanya ibuku kaget.
“Bukan, Bu. Pasien yang positif.”
Ibuku kembali ke ranjang tempatku berada. Raut wajahnya berubah, dari yang tadinya santai menjadi tegang. Ibuku menjelaskan bahwa aku hari itu tak bisa kemoterapi, sebab hasil swab antigenku ternyata positif.
Sirna sudah hari yang tenang. Mendadak suasana hatiku berubah, bahkan air mata hampir berlinang. Rasa tak percaya, bingung, takut, marah, bercampur aduk. Masa’ sih aku positif Covid-19? Aku tak merasakan gejala apa pun, kecuali sedikit batuk (yang memang karena paru-paruku sejak lama bermasalah). Setiap hari, aku benar-benar hanya di rumah, tak ke mana-mana. Selain itu, hasil swab ibuku hari itu juga negatif, artinya bukan beliau yang menularkan padaku.
Hal yang membuatku kesal, kemoterapiku jadi tertunda. Pasien kanker memang dianjurkan tidak melakukan kemoterapi ketika sedang terkena Covid. Pasalnya, kemoterapi membuat imun tubuh melemah. Takutnya, jika melakukan kemoterapi di saat masih positif, gejala Covid bisa bertambah parah.
Akhirnya, aku pun pulang dengan dipenuhi rasa kecewa. Aku takut kejadian lama terulang kembali. Dulu (saat aku masih kemoterapi di Malaysia tahun 2019), aku sempat menunda kemoterapi karena terkena virus (bukan Covid-19 sih, waktu itu belum ada virusnya, haha). Akibat menunda kemoterapi, kondisiku jadi semakin parah. Sungguh, aku tak mau hal itu terulang lagi pada pengobatan kali ini.
Karena tervonis positif Covid, aku pun diberi obat-obatan dan multivitamin (bukan diberi sih, soalnya bayar sendiri, HAHA). Aku berharap, minggu depannya, aku sudah bisa negatif Covid sehingga bisa lanjut pengobatan. Namun, seminggu setelahnya, hasil swab masih saja positif. Kemoterapi tertunda lagi.
Swab 17 Maret 2022:
Swab 23 Maret 2022:
Swab 30 Maret 2022:
Kondisi Selama Kemoterapi Tertunda
Selama kemoterapi tertunda, kondisi fisikku kembali mulai tak beres. Kakiku kembali membengkak sehingga menyulitkanku untuk berjalan. Kondisiku juga sempat melemah. Hanya berjalan beberapa langkah saja sudah ngos-ngosan, seperti habis ikut lomba lari saja. Selain itu, aku juga sempat demam beberapa hari dan tak nafsu makan.
Ringkasan kondisi:
- Kaki bengkak, terutama di telapak kaki (sulit berjalan).
- Di bagian leher kiri belakang ada benjolan yang membesar (akibat menunda kemoterapi, muncul benjolan baru, hiks).
- Sangat mudah lelah.
- Tidak nafsu makan.
- Kadang batuk.
Akhirnya, Aku Berobat Lagi!
Setelah drama yang begitu panjang dan menunggu hingga frustasi, akhirnya hasil swab PCR dan antigenku pada tanggal 7 April 2022 sudah negatif! Aku memang sengaja swab dua jenis supaya lebih akurat. Lalu, siapa tahu ada salah satunya yang negatif, haha. Jadi, akhirnya, pada 8 April 2022 aku bisa kembali melanjutkan kemoterapi.
Pada 8 April 2022, aku melakukan cek laboratorium (cek darah dan elektrolit). Ternyata, hasil lab menunjukkan bahwa Hb-ku belum memenuhi persyaratan untuk kemoterapi. Namun, karena kurangnya hanya sedikit, aku tak perlu melakukan transfusi darah. Cukup dengan menyuntikkan obat Epodion (digunakan untuk mengobati anemia), menunggu 4 jam agar obat bekerja, kemudian kemoterapi pun bisa segera dimulai.
Kondisi Saat Ini (Sabtu, 9 April 2022)
Setelah kemoterapi selesai, aku pun segera pulang ke rumah dan beristirahat (ngapain juga lama-lama di rumah sakit?). Sudah sehari berlalu, saat ini kondisiku cukup fit sehingga bisa beraktivitas (makanya bisa update, hehe).
Kondisiku saat ini:
- Kaki tidak bengkak lagi.
- Benjolan di leher kiri belakang sudah mengecil (padahal baru sehari kemoterapi loh, dahsyat juga efeknya).
- Sudah tidak terlalu lelah.
- Tidak demam.
- Nafsu makan mulai membaik.
- Kadang batuk.
- Tangan lebam setelah infus. Untungnya kali ini hanya bengkak sedikit, itu pun hanya beberapa jam. Tanganku yang diiinfus pernah bengkak berhari-hari sampai aku tak bisa memegang benda, loh. Syukurlah kali ini tidak terjadi.
Oh ya, tambahan, saat ini perutku masih besar sebelah (bukan buncit ya Bun). Namun, karena belum melakukan pemeriksaan lagi, jadi aku tidak tahu perbandingan ukuran antara perutku pada November 2021 (saat pertama kali aku menyadari pembesarannya) dengan saat ini.
Selain itu, bulan Februari 2022, aku sempat melakukan rontgen paru-paru. Ternyata, aku mengalami pneumonia. Di paru-paru kananku terdapat cairan. Mungkin itu sebabnya aku sempat batuk panjang. Oh ya, untuk teman-teman yang belum tahu, pneumonia disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur. Bukan gara-gara angin dari kipas.
Terakhir, harapanku, semoga saja aku bisa mempertahankan kondisiku saat ini. Dengan kondisi tubuh yang tidak terlalu lemah, aku bisa beraktivitas dengan lumayan normal. Oh ya, semoga kalian semua sehat selalu, ya. Terima kasih sudah membaca artikel (yang berantakan) ini!
Catatan:
Terima kasih untuk semuanya yang sudah membantuku dalam doa dan donasi. Berkat teman-teman semua, akhirnya aku bisa berobat lagi. Saat ini, pengobatanku masih berlangsung. Aku masih membutuhkan dana untuk biaya perawatan di rumah sakit, pembelian obat, dan cek ini-itu (CT scan, rontgen, dan lain-lain tergantung dari keadaan). Kiranya teman-teman bisa membantuku dalam doa, donasi, dan share.
Terima kasih banyak!
Untuk detail biaya pengobatan bisa langsung cek update di sini.
Tambahan: Alur Kemoterapi di RS Antonius Pontianak
Untuk teman-teman yang belum tahu bagaimana alur perawatanku, aku ingin cerita sedikit. Ketika ingin kemoterapi, pertama-tama aku harus pergi ke bagian IGD. Di sana, aku melakukan pendaftaran (aku memberikan data berobatku seperti berkas pasien, surat pengantar dari dokter, bukti swab negatif, dan hasil cek laboratorium).
Setelah mendaftar di loket, aku pun masuk ke ruang IGD dan menunggu di atas kasur. Biasanya aku duduk-duduk cantik atau rebahan kalau lagi malas. Apa yang mau ditunggu? Jadi, aku harus menunggu kamar yang kupesan siap untuk dimasuki. Selain itu, di IGD, akan dilakukan pemasangan infus.
Sebagai catatan, pasien (dan penjaga pasien) harus negatif Covid. Hasil swab antigen berlaku 1×24 jam, sedangkan swab PCR (kalau tak salah) berlaku 3×24 jam. Kalau belum swab, di IGD nantinya bisa langsung dilakukan di sana.
Ketika kamar sudah siap, aku pun dibawa ke ruang rawat inap. Barulah setelah itu kemoterapi bisa dimulai. Biasanya, pengobatan berlangsung dari siang sampai malam. Alurnya seperti ini:
- Hidrasi menggunakan cairan infus, berlangsung selama beberapa jam.
- Dilakukan premedikasi, yakni pemberian obat sebelum obat kemoterapi masuk (obat lambung dan obat anti-mual disuntikkan).
- Obat kemoterapi masuk melalui selang infus, berlangsung sekitar dua jam lebih.
- Setelah kemoterapi, kalau tidak salah diberikan cairan entah apa (aku lupa) selama sekitar setengah jam.
- Selesai!
Tambahan Cerita
[Buat yang takut darah tidak perlu membaca ini. Jangan scroll ke bawah]
Sedikit tambahan cerita lagi, untuk yang tidak ingin melihat darah silakan menuju pintu keluar silakan skip saja bagian ini.
Biasanya, aku swab dan cek lab beberapa hari sebelum hari treatment. Kali ini, karena aku terkena Covid, jadinya aku melakukan swab antigen dan PCR sehari sebelum treatment. Dikarenakan hasil PCR keluarnya sore (7 April 2022), aku baru bisa memastikan bahwa aku akan melakukan kemoterapi pada malam harinya (karena perlu bertemu dengan dokter untuk konfirmasi tentang kelanjutan pengobatan).
Karena kondisi tersebut, jadinya aku melakukan cek lab pada tanggal 8 April 2022, pagi hari sebelum kemoterapi dimulai. Pengambilan darah dilakukan sekaligus melalui jalur yang akan dipakai untuk kemoterapi. Saat pengambilan darah dilakukan, ternyata darahku lumayan encer. Darahku mengalir deras (sampai tumpeh-tumpeh, untungnya ada Underpad sehingga darah tak langsung terkena kasur). Emak yang takut dengan darah langsung memalingkan pandangannya. Terbalik denganku, aku justru menonton dengan penuh rasa ingin tahu.
Foto Darah Encer:
Sudah dulu ah, selesai sudah bagian aneh ini. Stay healthy and enjoy your day!
Tetap semangat berjuang
Pasti! 😀