-As long as you’re still breathing, what’s the matter?-

Menu

Home

Contact

My Journey

Achievements

[Resensi Lengkap] Ringkasan Buku “Yang Bikin Orang Tua Emosi dan Cara Menghadapinya: 30 Kisah Relawan Keluarga Kita”

Mar 20, 2022 | Resensi Buku

Artikel ini berisikan tentang ringkasan lengkap dari buku Yang Bikin Orang Tua Emosi dan Cara Menghadapinya. Resensi buku ini dibuat dengan tujuan memberikan informasi kepada teman-teman. Aku berharap, dengan adanya resensi ini, sobat bisa memutuskan untuk membeli buku ini secara legal dan membacanya, menambah ilmu dan pengetahuan baru.

Informasi Buku

Judul: Yang Bikin Orang Tua Emosi dan Cara Menghadapinya: 30 Kisah Relawan Keluarga Kita
Penulis: Rangkul – Relawan Keluarga Kita
Penerbit: Keluarga Kita
Tahun Terbit: 2019
Jumlah Halaman: 126
Kategori: Parenting

Isi Buku

Buku ini terbagi menjadi 30 cerita, antara lain:

  1. Aku Bukan Monster – Amanda (Bandung)
  2. Anak yang Ingin Belajar – Anisah Zuhriyati (Sleman)
  3. It’s Just Me and You Against The World – Ann Sjamsu (Sorowako)
  4. Tidak Ada Orangtua yang Sempurna – Ayu Andriyani A. (Palembang)
  5. ‘Me-Time’ bersama Rangkul – Intan Dian Heryani (Semarang)
  6. Ternyata Tak Semudah Itu Membangun Rutinitas – Fadhila Nazif (Sorowako)
  7. Orangtua Juga Perlu Terus Belajar – Gita (Bali)
  8. Jujur kepada Anak: Sebuah Dilema Klasik Orangtua – Gustya Indriani (Jakarta Barat)
  9. Setiap Anak Berbeda – Irawati Budiningsih (Jakarta Selatan)
  10. Aku dan Emosiku – Marlina Harahap (Jakarta Selatan)
  11. Anak Hanya Butuh Orangtua yang Real, Bukan yang Sempurna – Meilisa Ramadhani (Tangerang)
  12. Perjalanan Mengusahakan Cinta – Miranti Rasyid (Samarinda)
  13. Terus Belajar Sepanjang Hayat – Mirzani (Tangerang Selatan)
  14. Memahami Sifat Anak – Niken Wulandari (Jakarta Timur)
  15. Terus Belajar Pengasuhan – Novi Saseria (Padang)
  16. Masa Lalumu Ternyata Penting – Nur Muthmainnah (Salatiga)
  17. Parenting is a Marathon – Okky Puspitasari (Surabaya)
  18. Jembatan Syukur – Olin Carolina (Semarang)
  19. Mencintai Highly Sensitive Children – Paramita (Surabaya)
  20. Belajar Mengasuh Anak Bonus Belajar Mengelola Suami – Pipiet Nur dan Dimas (Jakarta Timur)
  21. Perempuan Ideal – Rachmadhani (Semarang)
  22. Menjadi Ibu: Episode Baru Dalam Hidupku – Rahma (Bandung)
  23. Anti-ngegas Club – Reni (Tangerang Selatan)
  24. Melewati Masa Baperan – Sri Hastuti (Sijunjung)
  25. Gelombang Emosi – Sonia Pramita (Bandung)
  26. Everyday is Drama Discipline – Trixie Abu (Semarang)
  27. Berhenti Rungsing dengan Rangkul – Ananda (Jakarta Timur)
  28. Hubungan yang Kembali Erat – Elya Afifah (Salatiga)
  29. Fase Kritis Pertama Pernikahanku – Zulda Musyarifah (Padang)
  30. Perempuan yang Bingung – Yulia Indriati (Jakarta Selatan)

Aku Bukan Monster – Amanda (Bandung)

Menjadi seorang ibu bukan bakat alamiah. Butuh belajar, berjuang, dan jatuh bangun. Penulis merefleksikan apakah dirinya merespons kepentingan anak atau diri sendiri. Penulis mengutarakan pendapat bahwa ia lelah, anak-anak juga tidak nyaman dengan kondisi keluarga yang sering berantem.

Memberikan sogokan pada anak artinya mematikan motivasi dari dalam diri anak. Dukungan menumbuhkan kesadaran terjadi karena cinta tak bersyarat, bukan kepatuhan sementara karena berharap ganjaran atau takut kehilangan kesenangan.

Tipsnya, coba untuk mengutarakan kebutuhan diri kepada pasangan dan anak. Buat juga kesepakatan untuk mencegah masalah tentang disiplin. Teruslah mencari cara jika belum berhasil.

Anak yang Ingin Belajar – Anisah Zuhriyati (Sleman)

Masalah pengasuhan anak merupakan hal krusial yang akan bermanfaat jika dipelajari jauh sebelum berkeluarga. Pola pengasuhan orang tua memang bisa ter-imprint ke dalam diri, tetapi bukan berarti tidak bisa diubah. Kita perlu menerima diri sendiri yang tidak sempurna, menerima pengasuhan keluarga di masa lalu yang juga tidak sempurna.

Tips untuk mengenal tempramen agar bisa saling memahami, pertama kita harus mengenali diri terlebih dahulu. Dengan menerima diri sendiri, kita bisa membantu dalam menerima orang lain. Selain itu, tulislah secara reflektif di buku harian tentang sifat diri dan strategi berkomunikasi. Kenali juga lebih banyak orang untuk menghadapi sifat-sifat yang berbeda.

It’s Just Me and You Against The World – Ann Sjamsu (Sorowako)

Berbeda generasi, berbeda cara pandang dan pola asuh. Ribut dengan orang tua pun sering terjadi. Kita harus menghapus stigma bahwa anak broken home pasti tidak akan baik. Jika terjadi masalah, tariklah napas dalam-dalam, gunakan essential oil andalan untuk membuat diri rileks.

Tidak Ada Orangtua yang Sempurna – Ayu Andriyani A. (Palembang)

Tidak ada satu pun orang tua yang sempurna. Anak butuh orang tua yang selalu berusaha untuk berefleksi. Arahkan sifat bawaan kepada situasi yang mendukung. Cara untuk mengatasi emosi berlebihan adalah dengan membuat catatan jadwal kegiatan sehingga kesibukan dapat terencana dengan baik.

Untuk mengatasi suasana ribut, tarik napas mendalam dan tiduran sebentar, dengarkan juga lagu favorit. Belajarlah untuk berkomunikasi efektif memakai kalimat yang menyatakan pengamatan, pahami perasaan orang lain, berikan pilihan, dan ceritakan pengalaman.

‘Me-Time’ bersama Rangkul – Intan Dian Heryani (Semarang)

Rangkul merupakan wadah untuk berbagi tentang kisah pengasuhan orang tua. Kita sebagai orang tua sebaiknya memiliki wadah untuk berkeluh kesah, menambah ilmu, dan mengisi ulang tenaga kembali. Berbagi cerita akan membuat kita mendapat dukungan dari orang-orang yang ‘senasib’.

Ternyata Tak Semudah Itu Membangun Rutinitas – Fadhila Nazif (Sorowako)

Ingatlah tujuan jangka panjang dalam mengasuh anak. Membangun disiplin anak di usia dini harus dimulai dengan rutinitas. Susunlah kegiatan rutin mulai dari bangun hingga tidur. Jadwal tersebut harus diletakkan di tempat yang terlihat jelas. Lakukan dengan konsisten.

Orangtua Juga Perlu Terus Belajar – Gita (Bali)

Untuk membangun hubungan bermakna, komunikasi harus terjadi dua arah. Pasangan dan kita harus bisa mengekspresikan emosi dengan tepat, bertukar ide, serta memberi saran. Kita juga perlu belajar mengenali temparmen diri, emosi yang sering dirasa, sebab bermanfaat ketika menjalin hubungan dengan lingkungan sekitar.

Susunlah rencana kegiatan sesuai dengan apa yang sering dilakukan anak, melalui pengamatan kita bisa mengetahui minat anak. Cari tahu kebutuhan anak. Ada 5 prinsip pengasuhan mencintai dengan lebih baik, yaitu selalu mencari cara, mencintai dengan lebih baik, ingat dengan impian tinggi, menerima kondisi keluarga tanpa drama, tak takut salah serta berani memperbaiki diri, dan selalu berinteraksi untuk bermain bersama.

Jujur kepada Anak: Sebuah Dilema Klasik Orangtua – Gustya Indriani (Jakarta Barat)

Berdasarkan penelitian, banyak orang tua berbohong kepada anak untuk memengaruhi kondisi emosi dan tingkah laku anak. Bahka, orang tua keturunan Asia lebih sering berbohong daripada orang tua keturunan Eropa supaya anak berperilaku baik. Menanamkan kemampuan bersikap kritis adalah penting, sebab dalam budaya kita, bertanya sering dianggap tidak sopan. Padahal, sikap kritis bisa mengeksplorasi rasa ingin tahu dan membuat orang terus belajar.

Dengan bersikap kritis, kita dapat memilih informasi yang akurat. Jika berbohong pada anak, maka proses belajar akan terhambat. Jika ingin anak jujur dan kritis, maka kita sebagai orang tua juga harus melakukannya. Selalu dengarkan dan hargai pendapat anak.

Setiap Anak Berbeda – Irawati Budiningsih (Jakarta Selatan)

Semua masalah tidak bisa dilalui hanya dengan sendirian. Kita butuh bantuan dari keluarga, sahabat, serta kerabat. Anak-anak tidak butuh superparents atau wonder mom, tetapi perlu belajar berdiri setelah jatuh. Berusahalah menjadi contoh bagi anak.

Aku dan Emosiku – Marlina Harahap (Jakarta Selatan)

Kita perlu mengenali emosi dominan diri dan emosi pasangan. Berusahalah berubah dulu sendiri. Dengan begitu, pasangan dapat melihat hasil positifnya. Setelah itu, ungkapkanlah perasaan kita dan minta dukungan dari suami.

Anak Hanya Butuh Orangtua yang Real, Bukan yang Sempurna – Meilisa Ramadhani (Tangerang)

Konflik yang kerap terjadi di rumah biasanya bermula dari hal sepele yang terus-menerus berulang. Sampai di suatu titik, kita perlu sadar, apakah kita atau anak yang salah? Pelatihan self healing dapat membantu kita memperbaiki diri. Kita tidak harus menjadi orang tua sempurna. Kita boleh salah, tetapi harus terima dan akui hal tersebut. Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Selalulah berefleksi.

Perjalanan Mengusahakan Cinta – Miranti Rasyid (Samarinda)

Pernikahan merupakan proses penyesuaian diri abadi. Pernikahan selalu dipenuhi hal yang baru, contohnya menyesuaikan menjadi istri, kemudian menjadi seorang ibu. Hubungan yang baik tak dapat tumbuh sendiri, tetapi harus diusahakan. Luangkanlah waktu bersama pasangan walaupun aktivitas padat. Meluangkan waktu 1-2 jam sehari bersama pasangan dapat memperbaiki hubungan.

Belajarlah berkomunikasi efektif, jangan ragu untuk memuji pasangan atas usaha yang dilakukannya. Jika ada unek-unek, ungkapkanlah secara langsung di waktu yang tepat, jangan hanya dipendam. Kurangi juga interaksi dengan orang yang memberikan dampak negatif bagi kita.

Terus Belajar Sepanjang Hayat – Mirzani (Tangerang Selatan)

Cobalah kenali emosi diri dan sifat bawaan anak. Terapkan sistem reward dan punishment menjadi salah satu cara untuk mendidik anak, tetapi bisa diubah lebih baik menjadi sistem dukungan dan konsekuensi. Buatlah kesepakatan bersama.

Memahami Sifat Anak – Niken Wulandari (Jakarta Timur)

Jika anak butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan hal baru, ada tips untuk membuat anak lebih siap. Pertama, beberapa hari menjelang hari H, ceritakan tentang acara, lokasi, serta hal baru yang akan ditemui. Bawakan benda kesukaan anak. Lebih seringlah juga mengajak anak ke tempat baru agar lebih terbiasa. Sebagai orang tua pun harus siap mental.

Terus Belajar Pengasuhan – Novi Saseria (Padang)

Tidak ada orang tua yang sempurna, yang ada adalah orang tua yang mencintai dengan lebih baik. Gunakan upaya rehabilitasi, membuat resolusi, meminta maaf dengan sukarela saat menyelesaikan konflik. Carilah cara, ingat tentang impian tinggi bahwa pengasuhan bukan hanya masalah satu hari, terima tanpa drama, jangan takut salah, dan asyiklah bermain bersama anak.

Masa Lalumu Ternyata Penting – Nur Muthmainnah (Salatiga)

Masa lalu kita akan memengaruhi gaya hidup dan pola pikir kita. Pola pengasuhan di masa lalu memberi dampak dalam sikap seseorang saat dewasa. Pahami pola pengasuhan masa lalu diri sendiri serta pasangan. Tanyakan pada pasangan, pekerjaan apa yang bisa ia bantu. Berilah opsi pekerjaan yang dapat membantu meringankan pekerjaan kita.

Parenting is a Marathon – Okky Puspitasari (Surabaya)

Belajar sambil mengurus anak merupakan hal yang sangat melelahkan. Parenting merupakan sebuah maraton, kita terus belajar cara menjadi orang tua yang baik serta realistis dalam jangka panjang. Kita perlu latihan keras agar bisa berkomunikasi efektif, minta dukungan sekitar, sabarlah, serta percaya semua bisa berubah.

Jembatan Syukur – Olin Carolina (Semarang)

Beberapa bulan usai menikah, semua terasa indah. Lama kelamaan, ada hal yang mulai mengusik. Sesungguhnya, antara kita dan pasangan, siapa yang harus menyesuaikan diri? Keduanya harus saling menyesuaikan diri. Teruslah bersyukur, menerima diri sendiri, dan memberikan hati sepenuhnya ke dalam keluarga.

Mencintai Highly Sensitive Children – Paramita (Surabaya)

Anak yang tergolong ke dalam Highly Sensitive Children (HSC) akan sangat sensitif terhadap sesuatu. Pengasuhan terhadap HSC haruslah lebih khusus. Contohnya, saat menemui tempat baru, ceritakan dahulu kepada anak sehingga anak lebih mudah ditenangkan.

Belajar Mengasuh Anak Bonus Belajar Mengelola Suami – Pipiet Nur dan Dimas (Jakarta Timur)

Pertengkaran dengan suami bisa disebabkan hal remeh. Kita harus bisa mengelola hal tersebut. Pahami kebutuhan fisik seperti makan dan istirahat. Hal tersebut harus dipenuhi agar kita tidak berubah jadi emosional. Selain itu, ingatlah bahwa berbuat salah itu wajar, dan belajarlah dari kesalahan agar bisa menjadi pasangan serta orang tua yang realistis.

Perempuan Ideal – Rachmadhani (Semarang)

Menjadi ibu yang tinggal di rumah bukan berarti terjebak dalam rutinitas rumah. Menjadi wanita karier juga bukan satu-satunya lahan untuk mengaktualisasi diri. Tantangan terbesar mendampingi perkembangan anak yang bersekolah di asrama adalah bagaimana didikan orang tua sejajar dengan didikan di asrama. Berkomunikasilah secara efektif dengan sekolah untuk tumbuh kembang terbaik anak.

Menjadi Ibu: Episode Baru Dalam Hidupku – Rahma (Bandung)

Anak-anak tidak boleh merasa kekurangan waktu bersama sang ibu. Untuk itulah seorang ibu harus mampu membagi waktunya dengan baik.

Anti-ngegas Club – Reni (Tangerang Selatan)

Ada kalanya kita punya tekanan untuk menjadi orang tua yang sempurna. Dalam kenyataannya, kita perlu banyak belajar. Melalui manajemen emosi, kita bisa melihat refleksi perlakuan kita terhadap anak. Jika terasa sudah mau ngegas, kita harus mengenali emosi yang mulai intens. Contohnya, kita harus ketahui jika emosi mudah tersulut di saat capek, lapar, atau merasa bersalah. Setelah mengenal emosi diri, belajarlah untuk mengelolanya.

Kita perlu merespons emosi diri sendiri dulu, baru bisa merespons emosi anak dengan baik. Buatlah kesepakatan tertulis bersama anak, sebab anak lebih mudah memproses sesuatu secara visual. Jika gagal, teruslah mencoba.

Melewati Masa Baperan – Sri Hastuti (Sijunjung)

Ada yang mengatakan, anak akan berjarak dengan orang tua jika sudah mulai kuliah. Apalagi jika jurusan kuliahnya sibuk, kemungkinan besar anak akan jarang punya waktu curhat dengan orang tua. Kita harus menerima anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Bertukarlah pesan pribadi secara rutin dengan anak. Tak harus melalui suara, bisa juga dengan pesan singkat. Tak harus panjang, yang penting tetaplah berkirim kabar.

Gelombang Emosi – Sonia Pramita (Bandung)

Kerap kali masalah terjadi karena kita punya kebiasaan terlalu memerhatikan pendapat orang lain. Hal sederhana berpengaruh terhadap pekerjaan atau saat berinteraksi dengan anak. Tiap kali muncul gejolak emosi, segeralah berefleksi. Berkomunikasilah dengan bijak. Sampaikan pesan tanpa menyudutkan orang lain.

Everyday is Drama Discipline – Trixie Abu (Semarang)

Terkadang, kita tahu ada yang salah dalam pola pengasuhan anak, tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kuncinya adalah terus mencoba dan mencari cara. Jika gagal, cari lagi cara lain. Kenali diri agar tidak baperan.

Berhenti Rungsing dengan Rangkul – Ananda (Jakarta Timur)

Setiap orang punya tempramen atau sifat bawaan. Untuk punya hubungan baik, hal itu harus diusahakan. Kesalahan dalam pengasuhan itu wajar, yang penting kita mau memperbaiki. Kesabaran adalah hal yang sangat penting. Cobalah lebih berempati pada pasangan.

Hubungan yang Kembali Erat – Elya Afifah (Salatiga)

Saat anak kedua lahir, terjadi kecenderungan kakaknya akan mengalami kecemburuan. Begitu pula seterusnya. Kita harus tetap adil pada setiap anak. Jangan sampai salah satu anak mendapat perhatian lebih, satu anak sering dimarahi, dan lain sebagainya. Mulailah cari waktu untuk berduaan dengan anak, misal hanya dengan anak pertama, anak kedua, dan seterusnya, bergiliran.

Fase Kritis Pertama Pernikahanku – Zulda Musyarifah (Padang)

Menikah ta’aruf merupakan jenis pernikahan yang penuh tantangan. Setelah menikah, barulah sifat pasangan diketahui. Masalah utama fase pernikahan ini adalah komunikasi. Selain itu, pengendalian emosi juga berperan penting.

Perempuan yang Bingung – Yulia Indriati (Jakarta Selatan)

Rencana gaya pengasuhan anak sudah diperbincangkan jauh-jauh hari. Hal itu sangat penting. Selain itu, ada isu lain lagi yang perlu diperhatikan, yaitu transisi dari seorang perempuan menjadi seorang ibu. Kita perlu rileks dalam menjalani semuanya. Untuk mengelola emosi, kita butuh fisik yang fit, lingkungan yang positif, dan paparkan diri dengan hal menyenangkan serta berwawasan.

Kesimpulan Buku

Buku tentang keluh kesah orang tua ini sangat cocok dibaca oleh siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang pengasuhan anak, tidak terbatas hanya pada orang tua. Ada banyak ilustrasi kisah yang turut memperkaya isi buku ini. Akhir kata, buku ini merupakan buku yang tepat untuk menambah wawasan dan sudut pandang kita terkait parenting.

About Me

Seorang pecinta kata dan nada. Telah berkecimpung di dunia kepenulisan selama 10 tahun. Seluruh isi blog ini merupakan buah pikirannya.

What Are You Looking For?

Yuk Bantu Aku Sembuh dari Kanker!

Donasi HANYA via rekening:
BNI a.n. Vivi Yunika 0637-207-898
BCA a.n. Vinny Marviani 4971-489-141
Dan melalui link kitabisa.com/bantuvivisembuh Donasi Kanker

Category

Day by Day

Member of:

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published.