Perkenalan Singkat (Lagi)
Halo semuanya! Berhubung detik ini aku lagi fit, aku mutusin untuk update kondisiku di blog (sekalian di KitaBisa juga). Yeps, bagi yang belum tahu (tapi kesasar di artikel ini), jadi aku, Vivi Yunika yang cantik dan baik hati, adalah seorang pejuang kanker limfoma. Aku udah lama buka penggalangan dana (dan sampai sekarang masih dibuka karena aku masih dalam tahap pengobatan). Oh ya, kalian bisa cek update biaya pengeluaran dan yang lainnya di link galang dana KitaBisa-ku.
Donasi HANYA via rekening:
BNI a.n. Vivi Yunika 0637-207-898
BCA a.n. Vinny Marviani 4971-489-141
Dan melalui link kitabisa.com/bantuvivisembuh
Bersyukur banget karena bantuan dana dan doa dari teman-teman, aku udah melalui 2 kali treatment dan sejauh ini ada peningkatan kondisi dari yang sebelumnya (itu kalau yang aku rasakan sih, tapi belum tahu kalau secara detail dari pemeriksaan gimana).
Kondisi Sebelum, Ketika, dan Setelah Imunoterapi Ke-2
Tanpa banyak basa-basi, aku pengen share kondisiku sebelum, selama, dan setelah imunoterapi ke-2 ini.
Supaya teman-teman enggak lupa, aku mau ngingatin bahwa treatment pertamaku itu di tanggal 17 Desember 2021. Sementara itu, treatment kedua aku lakukan tiga minggu setelahnya, yakni di tanggal 7 Januari 2022.
Nah, sejak tanggal 2 Januari 2022, aku mulai demam mengigil (yang kalau pakai selimut berlapis-lapis pun kagak ada gunanya karena dingin dari dalam haha). Anehnya, setelah demam mengigil mungkin sekitar satu jam, aku bakal merasa kepanasan kayak di neraka (eh, belum pernah ke sana, sih). Setelah beberapa waktu berlalu, aku bakal merasa better. Itu juga dengan bantuan obat. Special thanks untuk parasetamol. Setelah merasa baikan, kondisi pun terulang lagi. Gigil lagi, panas lagi. Gitu terus sampai capek.
Intinya, aku demam berhari-hari tanpa berhenti. Sampai tibalah di hari treatment, aku pun masih demam. Setelah pengobatan selesai, aku pulang ke rumah, masih lemas dan agak demam. Habis itu aku agak-agak lupa, kayaknya sempat membaik, lalu sempat demam lagi. Pokoknya gitu-gitu terus, deh.
Setelah treatment (sampai beberapa hari setelahnya), aku juga batuk-batuk dan napasku kayak bersuara (?) gitu, jadinya aku dikasih obat batuk dan antibiotik. Aku juga sempat diare (udah dua kali imunoterapi, pasti habis itu diare, entah mengapa). Untungnya, setelah beberapa hari, kondisiku membaik.
Jadi, kalau dirangkum, kira-kira kondisiku setelah treatment ke-2 itu seperti ini:
- Sempat demam, membaik, demam, membaik (repeat).
- Diare di beberapa hari awal.
- Lidah terasa agak aneh (untungnya enggak sampai terasa sakit, dulu kalau kemoterapi ABVD itu lidah terasa kayak ditusuk-tusuk).
- Kalau lagi demam jadi tidak nafsu makan.
- Selama beberapa hari, napas ada suara kecil (kurang tahu jelasinnya gimana, tapi intinya kurang nyaman).
- Di beberapa hari awal, tangan yang diinfus hanya bengkak sedikit (untung enggak separah pas imunoterapi pertama).
- Kadang perutku terasa kurang nyaman (pas November 2021 dicek, perutku itu besar sebelah karena pembesaran hati dan adanya cairan di perut. Sampai sekarang ukurannya juga masih besar, sih, jadi mungkin gara-gara ini).
- Kadang satu badan pegal-pegal enggak jelas (padahal aku enggak kerja berat).
- Rambut rontok! Ini parah sih.
Rambut Rontok, Hai Botak Part 2!
Jadi Bapak, Ibu, dan kawan-kawanku sekalian, aku sesungguhnya enggak expect kalau rambutku bakal rontok lumayan parah. Setahuku, berdasarkan hasil browsing, katanya imunoterapi merupakan jenis pengobatan kanker berupa terapi yang membuat sistem imun hanya menyerang sel kanker secara spesifik. Jadi, kukira rambutku enggak bakal rontok. Atau kalau rontok juga, ya, paling enggak terlalu banyak.
Namun, diriku salah besar, sobat. Pas treatment kedua (masih di rumah sakit), aku nyadar kalau rambutku rontok lumayan banyak. Kalau baring, dia bakal banyak rontok sendiri. Kalau kita nyisir, rontoknya banyak banget (tapi masih ada yang kuat).
Karena pernah menjalani kemoterapi ABVD (Adriamycin, Bleomycin, Vinblastine and Dacarbazine.) dan ICE (Ifosfamide, Carboplatin, Etoposide), aku kategorikan imunoterapi dengan obat Adcetris (Brentuximab Vedotin) ini levelnya berada di tengah-tengah. ABVD termasuk golongan paling ringan, disusul Adcetris, dan paling parah itu ICE.
Saat aku kemoterapi ABVD, rambutku rontok lumayan banyak, tapi ternyata masih bisa bertahan sampai 14 kali kemoterapi (malah sempat tumbuh rambut baru dan masih ada sisa rambut lama, walaupun tipis banget). Sementara itu, ICE bisa dibilang paling parah banget banget banget. Soalnya, saat aku cuma sentuh rambut aja, dia langsung keambil gitu. Langsung botak. Kalian kalau kepo, kalian bisa baca kisah botakku (yang dulu) di sini ya: https://viviyunika.com/efek-kemoterapi-botak/. Ada juga part 2-nya di sini: https://viviyunika.com/efek-kemoterapi-botak-part-2/. Mungkin kapan-kapan aku bakal bikin part 3-nya.
Nah, untuk treatment kali ini, aku rasa bakalan botak sih setelah treatment ketiga. Soalnya, hanya dalam waktu kurang dari 3 minggu (tepatnya dari tanggal 9-27 Januari), rambutku sudah rontok segini:
Sebagai catatan, rambut ini aku kumpulkan dari tempat tidur dan pas aku nyisir di tempat tidur (yang udah jatuh ke lantai aku biarin aja, ya kali dipungutin lagi?). Saat ini, rambutku juga tersisa kurang dari 50%. Untungnya rambutku tebal sih, jadi masih ada sisa dikit hehe. Tapi kalau rambutku udah terlalu tipis, aku bakal botakin aja lagi kayak dulu. Sepertinya sih di bulan Februari udah bakalan botak. But, who knows?
Keuntungan botak:
- Enggak perlu galau kalau rambut rontok. Aku sebenarnya enggak galau-galau amat, malah rasanya satisfying banget pas nyisir terus rontoknya banyak (apakah aku kelainan?). Cuma malas aja bersihin rambut yang rontok itu. Mau disapu, eh rambutnya nempel ke sapu.
- Kepala jadi dingin. Anda berambut panjang dan tebal? Selamat, pasti Anda sering kepanasan gara-gara rambut! Aku biasanya bakal ikat rambut (kalau panjang), soalnya sering merasa panas. Kali ini, rambutku usianya baru 2 tahun, tapi udah pada berguguran akibat berada di medan perang. Keuntungan botak, rasanya jadi dingin banget! Angin semilir langsung menerpa kepala. Sejuk. Adem sari.
- Hemat sampo. Ya, apa yang mau disampoin, coba? Rambutnya juga nihil. Paling bersihin kulit kepala aja. Pakai sampo juga sih. Aku enggak se-ekstrem itu sampai pakai sabun.
- Tidak perlu ribet menata rambut, sebab tidak ada rambut untuk ditata! Hore.
- Bisa masuk ke geng atau perkumpulan botak licin (kalau ada).
- Dll (masih misteri).
Kerugian botak:
- Kalau lagi treatment terus botak, tapi masih ada sisa rambut yang pendek (1-2 mm), rambutnya juga bakalan rontok. Masalahnya, bersihinnya susah banget! Kalau rambut panjang enak, gampang diambil. Kalau rambut sepanjang semut? Mau dibersihkan aja sakit hatinya minta ampun.
- Membawa rasa insekyurrr~ (Baca juga artikelku tentang insecurity yang dulu jadi pemenang pertama di lomba blog SatuPersen: Ubah Insecure Jadi Rasa Syukur, Hidup Tak Lagi Redup). Mau gimana, ya? Jarang banget ada cewek yang botak. Kalau ke mana-mana (walau pakai kupluk) pasti dilihatin. Tapi ya udah sih, peduli amat. Kalau dilihatin, tatap balik aja, terus kasih senyum (walau sekarang senyumnya enggak kelihatan karena tertutup masker).
- Tidak bisa mengikuti tren rambut masa kini (kecuali pakai wig). Aku dulu udah pernah botak dan udah pernah nyoba wig, tapi ternyata aku kurang sreg. Panas, gak nyaman aja. Lebih comfy pakai kupluk ke mana-mana.
Penutup
Rencananya, aku masih perlu treatment 14 kali lagi (dari total 16, aku udah menjalaninya 2 kali). Semoga aja semua sel kanker di tubuh ini bisa musnah! Sumpah capek banget, di-PHP-in mulu dari dulu. Tapi aku yakin (dan harus yakin) kalau aku bisa sembuh, bisa beraktivitas normal lagi, bisa ketemu sama kalian semua, bisa belajar dengan fokus, dan tentunya bisa bahagia!
Oke, segini aja dulu bacotanku. Thank you untuk semuanya yang udah membantuku dalam doa dan donasi. Thanks juga bagi kalian yang udah membaca tulisan tidak jelas ini. Aku harap kalian semua sehat selalu! Kesehatan nomor satu!
Donasi HANYA via rekening:
BNI a.n. Vivi Yunika 0637-207-898
BCA a.n. Vinny Marviani 4971-489-141
Dan melalui link kitabisa.com/bantuvivisembuh
0 Comments