Sebentar lagi, saya akan melakukan transplantasi sumsum tulang. Sebenarnya belum, sih. Langkah-langkahnya cukup panjang dan mungkin tidak seperti bayangan orang-orang. Pertama kali saya bilang akan transplantasi sumsum tulang saja, banyak yang bertanya kapan operasi. Padahal, transplantasinya tidak menggunakan teknik operasi (pembedahan). Bukan juga sumsum tulang milik orang tinggal dipindahkan ke dalam tubuh saya.
Sebenarnya, prosedur transplantasi sumsum tulang ini bertujuan mengganti sel yang rusak di tubuh. Sel yang akan diambil adalah sel punca (stem cell). Sel punca ini merupakan bahan transplantasinya. Sel punca yang diambil dari seseorang akan dimasukkan ke dalam tubuh seseorang.
Sel punca adalah sel induk dari segala sel di tubuh. Sebelum sel di dalam tubuh berkembang menjadi sel dewasa, sel-sel tersebut berasal dari sel punca. Sel punca akan membelah dan membentuk sel-sel lain yang disebut dengan sel anak. Sel anak dapat terbentuk menjadi sel punca baru untuk memperbanyak diri, bisa juga berubah menjadi sel berfungsi khusus yang berdiferensiasi. Contoh sel dewasa yang memiliki fungsi spesifik antara lain sel darah, sel otak, maupun sel-sel di berbagai organ tubuh.
Sumber Sel Punca
Sel punca dapat diambil dari beberapa sumber. Sumber pertama, yakni sel punca embrio. Sel ini berasal dari embrio yang baru berusia 3-5 hari. Sel ini memiliki kemampuan berkembang yang lebih baik dibandingkan sel punca yang terdapat pada orang dewasa.
Sumber kedua, yakni sel punca perinatal yang didapat dari cairan ketuban kandungan seorang ibu maupun pada tali pusat janin. Penyimpanan sel punca ini dapat digunakan sewaktu-waktu jika anak tersebut menderita penyakit kelainan darah.
Sumber ketiga, yaitu sel punca dewasa. Sel ini didapat dari sebagian kecil jaringan tubuh. Contohnya yakni lemak atau sumsum tulang. Bisa juga diambil dari darah seseorang. Sel punca ini dapat berkembang menjadi sel anggota tubuh lain.
Selain tiga sumber alami, ternyata terdapat sel punca hasil rekayasa genetika. Sel ini diambil dari sel dewasa yang diprogram ulang jadi mirip sel punca.
Cara Transplantasi Sel Punca
Sel punca ini dapat diambil dari tubuh pasien sendiri, dibekukan, dan disimpan sebelum atau beberapa saat setelah pasien memulai terapi pengobatan kanker. Cara ini disebut dengan autolog. Kelebihan cara ini yakni lebih sedikit efek samping penolakan dari tubuh dan pembentukan darah yang berlangsung lebih cepat.
Cara lain pengambilan sel punca yakni melalui pendonor, umumnya kerabat dekat. Transplantasi ini dilakukan jika transplantasi autolog gagal dilakukan. Kelebihannya, sel punca yang diambil pasti bebas dari sel kanker karena diambil dari tubuh yang sehat. Akan tetapi, ada risiko besar tubuh pasien penerima sel akan menolak sel tersebut karena dianggap sebagai benda asing.
Metode yang akan saya jalani adalah transplantasi autolog. Usai kemoterapi kedua menggunakan obat baru (tanpa menghitung kemoterapi ABVD 14x yang telah gagal), rencananya saya akan mengambil sel punca tersebut. Mengambilnya pun bukan asal ambil begitu saja. Kita harus menunggu saat sel punca tersebut muncul, dan perkiraan waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 2 minggu. Belum lagi proses peletakan kembali yang akan memakan waktu lebih lama. Jadi, bukannya tinggal diambil dan dipindahkan dengan proses satu hari saja.
Apakah Transplantasi Sel Punca Efektif?
Nyatanya, pengobatan ini termasuk cukup efektif bagi mayoritas pasien. Meski begitu, kita tidak dapat memungkiri bahwa ada risiko efek samping yang dapat ditimbulkan. Efek tersebut berupa infeksi, infertilitas, katarak mata, perkembangan sel punca tidak teratur, mual, muntah, diare, sariawan, hingga efek samping yang parah seperti kegagalan transplantasi, bahkan kematian.
Namun, efek samping yang berat cukup jarang ditemukan. Bukankah untuk hidup, kita harus berani bertaruh? Bertaruhlah pada kemenangan, pada kesembuhan.
0 Comments
Trackbacks/Pingbacks